tag:blogger.com,1999:blog-26905787227205304992024-03-08T14:02:29.593+07:00godwin'sAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/01031524203285461909noreply@blogger.comBlogger27125tag:blogger.com,1999:blog-2690578722720530499.post-15942124157941631122012-03-05T17:08:00.000+07:002012-03-05T17:08:27.726+07:00Menonton "Negeri 5 Menara"Sudah hampir setahun saya tidak pernah menonton bioskop, lewat di depannya <i>sih</i> sering. Ini adalah kali pertama menonton bioskop bersama istri. Bioskopnya pun terhitung baru: Kalibata XXI. Baru selesai direnovasi.<br />
Kali ini kami menonton <i>Negeri 5 Menara</i>. Bukunya sendiri telah saya lahap habis beberapa tahun yang lalu di kost. Bukunya bukan milik sendiri, punya teman kost. Membacanya pun atas rekomendasi sang empunya buku, yang <i>nota bene</i> aktif di dunia film dan seleranya atas bacaan yang bagus-bagus tidak saya ragukan. Sepuluh menit terduduk di dalam ruang bioskop, saya berusaha kembali mengingat cerita <i>Negeri 5 Menara</i> yang saya baca. Mengingat kembali tokoh-tokohnya, terutama Alif dan orang tuanya, Kiai Rais, dan Baso. Bukan pekerjaan yang rumit, mengingat sehari sebelumnya saya mengintip bukunya yang sedang dibaca oleh istri saya.<br />
<br />
<a name='more'></a>Film ini dibuka dengan sangat baik, percakapan antara Alif dan Randai, yang dihadirkan bergantian dengan perbincangan antara kedua orang tua Alif. Cerita pembuka yang sangat realistis, menurut saya, memberikan gambaran bahwa sering kali rencana anak dengan orang tua mengenai pendidikan dapat sangat berbeda. Perbedaan tersebut tentunya menimbulkan konflik antara Alif dan kedua orang tuanya. Konflik tersebut berakhir dengan penerimaan Alif akan keputusan orang tuanya.<br />
<div>
Cerita berlanjut dengan kehidupan Alif di dalam Pondok Madani, "sekolah" pilihan kedua orang tuanya. Di sana ia bertemu dengan teman-teman satu angkatan yang berasal dari berbagai penjuru Indonesia. Kehidupan di dalam pondok, yang <i>nota bene</i> adalah sebuah asrama, penuh dengan berbagai kejadian-kejadian lucu dan mengharukan.</div>
<div>
Apabila dibandingkan dengan bukunya, film <i>Negeri 5 Menara</i> terasa sangat cepat. Kisah-kisah yang dihadirkan, terutama kehidupan di dalam pondok, terasa disajikan sambil lalu saja. Bagi saya, hampir tidak ada kisah yang meninggalkan kesan mendalam. Semuanya disampaikan dengan cepat tanpa memberi kesempatan bagi para penonton untuk meresapi. Memang nampaknya sulit untuk melakukannya, mengingat ada begitu banyak kisah yang terdapat di dalam bukunya. Sulit bagi pembuat film ini untuk memilih kisah mana yang patut untuk dihadirkan. Menghadirkan semua kisahnya dengan cepat nampaknya adalah pilihan yang diambil.</div>
<div>
Satu hal yang teramat sayang bagi saya adalah pengaplikasian makna "mantra" <i>Man Jadda Wa Jadda</i> di dalam film ini. Jika di dalam bukunya sangat terasa bagaimana Alif dan rekan-rekan sepondok berjuang keras dalam belajar, di film ini yang tergambarkan justru perjuangan mereka dalam menyiasati berbagai permasalahan yang mereka temui di dalam pondok. Penerjemahan atas "mantra" <i>Man Jadda Wa Jadda </i>seperti yang dilakukan di dalam film <i>Negeri 5 Menara</i> membuat film ini hanya menjadi hiburan semata tanpa ada muatan pendidikan yang berarti. Kalau pun bukan hiburan, film ini hanya menjadi ajang reuni memori bagi mereka yang pernah merasakan tinggal di dalam pondok maupun asrama.</div>
<div>
Pemilihan fokus memang sepenuhnya ada di tangan pembuat film. Fokus manapun yang dipilih, menurut saya, tetap akan mewakili kisah yang ada di bukunya. Akan tetapi, film <i>Negeri 5 Menara </i> hanya menjadi susunan kronologis kehidupan Alif di dalam pondok. Kualitas <i>Man Jadda Wa Jadda</i> yang sesungguhnya tidak digambarkan dengan baik. Konflik diri yang terjadi pada Alif adalah pada perjuangannya memilih untuk terus atau keluar dari pondok, hal itulah yang tiadk tergambarkan dengan baik. Bagaimana Alif meresapi dengan benar "mantra" tersebut hampir tidak tergambarkan.</div>
<div>
Satu pesan yang menurut saya sangat penting untuk para penonton (dan juga para pembaca buku) <i>Negeri 5 Menara</i> dinyatakan dengan lantang oleh Said, "Jangan gunakan <i>Man Jadda Wa Jadda </i>sembarangan!". Sayangnya, itupun disampaikan sambil lalu dalam film ini.</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/01031524203285461909noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2690578722720530499.post-657983241526362812011-12-28T19:15:00.000+07:002011-12-28T19:30:45.669+07:00Apa Kabar, Batman?<div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">
Apa kabarnya si Batman ya?</div>
<div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">
Sudah lama tidak melihatnya.<br />
</div>
<div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">
</div>
<a name='more'></a><br />
<br />
<div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">
Malam biasanya dihiasi sinar lampu berujung gambar kelelewar lambangnya si Batman.</div>
<div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">
Biasanya terlihat sekelebat bayangan melompati atap gedung.</div>
<div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">
Bukan hal yang baru jika tiba-tiba terdengar suara perkelahian di atap gedung.</div>
<div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">
Tapi sudah lama aku tidak melihat sinar lampu itu.</div>
<div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">
Sudah tidak pernah aku melihat sekelebat bayangan itu.</div>
<div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">
Tidak pernah lagi terdengar suara perkelahian di atap gedung.</div>
<div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">
Sudah rusak kah lampu sorot itu?</div>
<div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">
Atau lelahkah dia melompat?</div>
<div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">
Atau jangan-jangan tidak pandai lagi dia berkelahi?</div>
<div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">
Apa kabarnya si Batman ya?</div>
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">
</span><br />
<div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">
Tidak kah dia tahu sinar lampunya tidak lagi menyala?</div>
<div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">
Tidak tahu banyak gedung yang perlu ia lompati?</div>
<div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">
Tidak kah tahu ia banyak perkelahian yang musti dilakukan?</div>
<div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">
Apa kabarnya ya si Batman?</div>
<div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">
hmm.. tunggu, ini bukan Gotham.</div>
<div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">
Ini bukan Gotham.</div>
<div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">
Tidak ada sinar lampu sorot menghiasi malam kota ini.</div>
<div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">
Tidak ada sekelebat bayangan yang melompati gedung di kota ini.</div>
<div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">
Tidak ada perkelahian di atap gedung kota ini.</div>
<div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">
Tapi kota ini perlu lampu sorot itu.</div>
<div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">
Kota ini perlu sekelebat bayangan itu.</div>
<div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">
Kota ini perlu ada perkelahian di atap gedung.</div>
<div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">
Apa jadinya jika Batman di kota ini ya?</div>
<div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">
hmm.. tidak lah.</div>
<div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">
Biarlah Batman tetap di Gotham.</div>
<div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">
Biarlah diriku yang di kota ini.</div>
<div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">
Biarlah sinar lampu sorot berujung lambangku,</div>
<div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">
biarlah diriku yang melompati gedung kota ini,</div>
<div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">
biarlah aku yang berkelahi di atap gedung kota ini.</div>
<div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">
Biarlah.</div>
<div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">
Apa kabarmu, Batman?</div>
<div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">
Kabarku baik-baik saja di kota ini.</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/01031524203285461909noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2690578722720530499.post-68954090167673080082011-10-20T12:18:00.000+07:002011-11-26T20:31:43.478+07:00Facebook University (credit goes to: onlinephd.org)<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Berbicara mengenai situs jejaring sosial dan pengaruhnya terhadap dunia pendidikan memang tampaknya tidak ada habisnya. Pro dan kontra selalu bersinggungan dan berusaha terus berargumentasi. Itulah yang hingga kini membuat saya tetap temotivasi untuk menaruh perhatian saya pada dunia jejaring sosial.</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Pertanyaan yang paling seringkali muncul dalam pembahasan situs jejaring sosial di dalam dunia pendidikan adalah: "Apakah situs jejaring sosial (biasanya diwakili oleh <i>Facebook</i>) memiliki pengaruh yang positif terhadap para murid?" </span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<br />
<a name='more'></a><br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Poster berikut mungkin dapat memberikan sejumlah masukan dan ide cerah buat kita semua :)</span></div>
<br />
<a href="http://www.onlinephd.org/fb-university/"><img alt="Facebook University" border="0" src="http://images.onlinephd.org.s3.amazonaws.com/fb-university.jpg" width="500" /></a><br />
Created by: <a href="http://www.onlinephd.org/">Online PhD</a>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/01031524203285461909noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2690578722720530499.post-4756681158407963542011-10-16T07:32:00.000+07:002011-10-16T09:00:17.487+07:00Pemanfaatan Situs Media Sosial Untuk Memfasilitasi Kolaborasi dalam Proses Belajar: Sebuah Pembelajaran dari Program Intervensi Sosial terhadap Penggunaan Facebook<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
</div>
<div class="WordSection1" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 12pt; text-align: center;">
<span style="font-size: small;"><b>Raymond Godwin</b></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 12pt; text-align: center;">
<span style="font-size: small;">Jurusan Psikologi, Fakultas Humaniora<span lang="EN-US">, </span>Binus University<span lang="EN-US"></span></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 12pt; text-align: center;">
<span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">Kampus
Kijang, Jl. Kemanggisan Ilir III no. 45, Kemanggisan – Palmerah, Jakarta 11480</span></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 12pt; text-align: center;">
<span style="font-size: small;">Email: rgodwin@binus.edu<span style="color: black;"></span></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 12pt; text-align: center;">
<br /></div>
<h2 align="center" style="line-height: 12pt; margin: 0cm 25.4pt 0.0001pt 27pt; text-align: center;">
<span style="font-size: small;"><i>Abstrak</i></span></h2>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 14.2pt;">
<span style="font-size: small;"><i>Dalam empat minggu dilakukan program intervensi sosial dalam rangka
meningkatkan intensi mahasiswa pengguna Facebook untuk memanfaatkan situs media
sosial tersebut sebagai fasilitas kolaborasi di dalam proses belajar mereka.
Menggunakan teori intensi dari Fishbein dan Ajzen (1975), intervensi difokuskan
pada variabel Perceived-Behavior Control direct (PBCd) yang memiliki kontribusi
terbesar terhadap intensi tersebut. Perubahan pada variabel PBCd diusakan
dengan cara mengubah variabel Attitude dan Perceived-Behavior Control indirect
(PBCi), dua variabel yang dalam penelitian ini memengaruhi PBCd.</i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 14.2pt;">
<span style="font-size: small;"><i>Terjadi perubahan pada Attitude, atau sikap para mahasiswa terhadap
Facebook. Sayangnya ketidakhadiran para pengajar ataupun tokoh-tokoh ahli di
dalam diskusi mereka di Facebook menyebabkan PCBd, persepsi mahasiswa mengenai
kemampuannya dalam mengontrol tingkah lakunya dalam menggunakan Facebook, tidak
mengalami perubahan. Sebagai hasilnya, intensi para mahasiswa tidak berubah.</i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 14.2pt;">
<span style="font-size: small;"><i>Program intervensi dalam penelitian ini memperlihatkan bahwa kehadiran
pihak-pihak eksternal, yang dipersepsikan oleh mahasiswa sebagai tokoh-tokoh
ahli di dalam diskusi mereka, menjadi faktor yang penting untuk mahasiswa agar
dapat mengontrol dirinya dalam menggunakan Facebook. Dengan adanya kontrol diri
itu, intensi mahasiswa dalam memanfaatkan Facebook untuk memfasilitasi
kolaborasi dalam proses belajar mereka.</i><i> </i><i></i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 26.95pt;">
<br /></div>
<span style="font-size: small;">
</span><br />
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 26.95pt;">
<span style="font-size: small;"><b><i>Kata kunci: </i></b><i> </i><i>intensi, intervensi sosial, media sosial, </i>Facebook</span></div>
<a name='more'></a><span style="font-size: small;"><i></i></span><br />
<span style="font-size: small;">
</span></div>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
</span><i style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span lang="EN-US"><br clear="all" style="page-break-before: auto;" />
</span></i></span>
<br />
<h2 style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; margin: 6pt 0cm;">
<span style="font-size: small;">1. PENDAHULUAN</span></h2>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;">
<span style="font-size: small;"><i>Facebook</i> tidak dipungkiri lagi menjadi situs yang jumlah penggunanya di Indonesia
berkembang dengan cepat. Pada pertengahan tahun 2009, terhitung ada 897.040
pengguna situs tersebut yang berasal dari Indonesia, sehingga menempatkan
Indonesia sebagai Negara dengan jumlah pengguna <i>Facebook</i> terbanyak ke-13 sedunia (Burcher, 2009b). Saat itu, yaitu
Juli 2009, Indonesia tercatat sebagai negara dengan tingkat pertumbuhan
pengguna <i>Facebook</i> tertinggi di dunia
(Burcher, 2009a).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;">
<span style="font-size: small;">Pertumbuhan pengguna
situs tersebut terus bertambah dengan pesat di Indonesia, dan pada akhir tahun
2009 terdapat 14.681.580 pengguna <i>Facebook</i>
di Indonesia. Hanya dalam waktu sekitar setengah tahun, peringkat Indonesia
melonjak drastis ke urutan 4 pada daftar negara pengguna <i>Facebook </i>terbanyak (Burcher, 2009b). Jumlah itu pun terus
bertambah, dan menjelang pertengahan 2010 Indonesia pun menjadi negara dengan
jumlah pengguna <i>Facebook </i>nomor tiga<i> </i>terbanyak sedunia – di bawah Amerika
Serikat dan Inggris – yaitu dengan jumlah pengguna sebanyak 20.775.320
(Burcher, 2010).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;">
<span style="font-size: small;">Walaupun ada beberapa
kasus kejahatan yang sempat muncul dengan melibatkan <i>Facebook</i> sebagai media perantaranya, pengguna situs itu tidak
memudar. Lebih dari itu, banyak pula yang merasakan manfaat positif dari
penggunaan <i>Facebook</i>: seseorang
bertemu kembali dengan teman masa kecilnya, hubungan dengan teman ataupun rekan
kerja menjadi lebih erat, dan tidak sedikit pula pihak yang berhasil memasarkan
barang/jasanya melalui layanan situs jejaring sosial (Wahid, 2010). </span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-indent: 24pt;">
<span style="font-size: small;">Di area pendidikan, tidak sedikit pihak yang mulai
menggunakan situs media sosial tersebut untuk membantu proses belajar. Di beberapa sekolah dan
universitas di Amerika dan Eropa, <i>Facebook</i>
telah dipergunakan sebagai bagian dalam proses belajar. Lalu apakah hal yang
sama bisa juga dilakukan di Indonesia?</span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify; text-indent: 21.3pt;">
<span style="font-size: small;">Tony Karrer (2007)
berpendapat bahwa ada tiga hal yang menjadikan <i>Facebook</i> sebagai situs jejaring sosial yang bermanfaat. <i>Pertama</i>, banyak orang yang memiliki akun
di situs tersebut. <i>Kedua</i>, pengembang <i>Facebook</i> membuka kesempatan bagi
siapapun untuk membuat dan mengembangkan aplikasi yang dapat diintegrasikan
langsung ke situs tersebut, bahkan tersedia situs terpisah untuk melakukannya.
Hal tersebut tentunya merupakan kesempatan yang besar bagi institusi-institusi
pendidikan untuk mengembangkan aplikasi yang setidaknya dapat membantu peserta
didiknya. </span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-indent: 24pt;">
<span style="font-size: small;"><i>Ketiga</i>,
situs <i>Facebook</i> dapat dijadikan media
untuk belajar. Di dalam situs ini dapat dibuat berbagai macam grup untuk media
diskusi. Mengingat pengguna <i>Facebook</i>
cukup banyak dan terus bertambah, tentunya hal ini akan bermanfaat bagi para pendidik
dan para peserta didik untuk dapat tetap membahas apa yang menjadi bahan ajar mereka
walaupun berada di luar kelas</span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-indent: 24pt;">
<span style="font-size: small;">Menyadari ketiga hal tersebut, besar peluang <i>Facebook</i> untuk dapat dimanfaatkan oleh
para pendidik dan peserta didik dalam proses belajar mereka. Dalam penelitian <i>baseline </i>yang dilakukan di sebuah
universitas negeri sebelum proses intervensi, ditemukan kenyataan yang sedikit
mengecewakan: penggunaan
<i>Facebook</i> yang berhubungan dengan
perkuliahan hanya sebatas masalah administrasi, seperti pengumuman jadwal
kuliah, pembagian tugas kelompok, maupun detail tugas kuliah.</span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-indent: 24pt;">
<span style="font-size: small;">Sebenarnya, menggunakan <i>Facebook</i> sebagai bagian dalam proses
belajar merupakan hal yang mungkin untuk diterapkan di dalam perkuliahan pada
masa sekarang ini. Hal itu merupakan sesuatu yang mungkin untuk dilakukan
mengingat mahasiswa sekarang ini adalah individu-individu yang sejak kecil
terpapar dengan keberadaan dan penggunaan teknologi, termasuk komputer dan
internet. Mereka adalah individu dari generasi yang besar bersama teknologi.
Generasi ini dikenal dengan sebutan <i>Net-Generation</i>
(Tapscott, 1998) atau <i>Digital Natives</i>
(Prensky, 2001). Kefasihan mereka akan penggunaan teknologi, khususnya komputer
dan internet, setidaknya menjadi hal yang dapat mendukung keberhasilan
penerapan penggunaan <i>social media</i> –
dalam hal ini adalah <i>Facebook</i> – di
dalam proses belajar. Hal inilah yang membuat temuan pada <i>study baseline</i> sedikit mengecewakan, karena ternyata generasi ini
tampak tidak menggunakan <i>Facebook </i>dengan
maksimal.</span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-indent: 24pt;">
<span style="font-size: small;">Ketidakmasimalan penggunaan <i>Facebook</i> oleh para mahasiswa, yang merupakan kaum <i>digital native</i>, menimbulkan pertanyaan
mengenai ada tidaknya intensi mereka untuk menggunakan situs tersebut dalam
membantu proses belajarnya.</span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-indent: 24pt;">
<br /></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-indent: 24pt;">
<span style="font-size: small;">Penerapan teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) dalam sebuah lembaga pendidikan – yang dalam penelitian ini
adalah universitas – membuka peluang untuk terjadinya kolaborasi di antara para
mahasiswa serta memberikan tantangan baru kepada para pengajar dalam mendukung
kerja kelompok (Bonk, dkk., dalam Bennett, 2004; Palloff & Pratt, dalam
Bennett, 2004). Hal tersebut dinyatakan juga melalui penelitian yang dilakukan
oleh Curtis dan Lawson (2001) mengenai pembelajaran kolaboratif berbasis
internet (<i>online collaborative learning</i>).
Dalam penelitian tersebut terlihat bahwa dengan bantuan teknologi internet,
diskusi terjadi hampir setiap hari, berlangsung jarak jauh, dan dimediasikan
oleh tulisan. Adapun kondisi-kondisi tersebut sangat jarang ditemui dalam
proses kolaborasi yang berlangsung secara tatap muka. </span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-indent: 24pt;">
<span style="font-size: small;"> Sebagai kesimpulan dari penelitiannya, Curtis
dan Lawson (2001) mengatakan bahwa proses kolaborasi yang sukses dilakukan
secara tatap muka dapat dihasilkan di dalam kolaborasi <i>online</i>, sedangkan yang menjadi faktor penting di dalam sebuah
proses kolaborasi <i>online</i> adalah
keterbiasaan mahasiswa terhadap aplikasi internet yang digunakan sebagai media
kolaborasi dan kemudahan aplikasi itu sendiri untuk digunakan.</span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-indent: 24pt;">
<span style="font-size: small;">Teori mengenai intensi untuk bertingkah
laku menyatakan bahwa intensi ternyata bukan hanya dipengaruhi oleh <i>attitude</i> dan <i>subjective norms</i>, tetapi juga oleh <i>perceived behavioral control (PBC)</i>, yaitu persepsi orang yang
bersangkutan mengenai kontrolnya mengenai tingkah laku yang dimaksud (Ajzen,
2005; Kiriakidis, 2008). Hal ini kurang lebih senada dengan hasil temuan Curtis
dan Lawson (2001) yang sudah disebutkan di atas: mahasiswa akan menggunakan
internet sebagai media kolaborasi jika dia puna sikap positif terhadap aplikasi
tersebut, teman-teman atau dosennya menggunakan, atau dia merasa bisa untuk
melakukannya – baik karena memang bisa atau melihat bahwa aplikasi tersebut
mudah digunakan.</span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-indent: 24pt;">
<span style="font-size: small;">Dari penelitian
<i>baseline</i> yang dilakukan sebelumnya,
diperoleh bahwa intensi para mahasiswa untuk menggunakan <i>Facebook</i> sebagai media kolaborasi di dalam proses belajar mereka
berada pada level menengah. Faktor <i>perceived behavioral control </i>yang bersifat langsung (<i>PBCdirect</i> – persepsi mengenai bisa
tidaknya ia melakukan sesuatu berdasarkan penilaiannya terhadap dirinya
sendiri) memiliki peran yang sangat kuat dalam pembentukan intensi tersebut.
Sedangkan <i>attitude</i> dan <i>PBCindirect</i> (persepsi mengenai bisa
tidaknya ia melakukan sesuatu berdasarkan keberadaan faktor eksternal) berperan
secara tidak langsung, yaitu melalui pengaruhnya terhadap <i>PBCdirect</i>.</span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-indent: 24pt;">
<span style="font-size: small;">Temuan penelitian <i>baseline</i> kemudian dijadikan patokan dasar untuk melakukan sebuah
intervensi yang ditujukan untuk meningkatkan intensi para mahasiswa menggunakan
<i>Facebook</i> sebagai media berkolaborasi
di dalam proses belajar mereka. Diasumsikan bahwa dengan meningkatnya intensi
tersebut, perilaku menggunakan <i>Facebook </i>sebagai<i> </i>media kolaborasi dalam belajar kemudian
akan tampak.</span></div>
<h2 style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; margin: 12pt 0cm 6pt;">
<span style="font-size: small;">2. METODOLOGI PENELITIAN</span></h2>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-indent: 24pt;">
<span style="font-size: small;">Intervensi dilakukan terhadap
kelompok mahasiswa yang mengikuti sebuah mata kuliah Psikologi Komunitas. Di
awal semester kelas ini
membuat sebuah <i>Group</i> di <i>Facebook</i> bernama “MA Pilihan Psikologi
Komunitas 2010”. <i>Group</i> itulah yang dijadikan media
intervensi. Setelah kelas dibagi menjadi delapan kelompok, setiap kelompok
diminta untuk membuat sebuah tugas akhir yang proses diskusinya harus mereka
lakukan di dalam <i>Group</i> tersebut.</span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-indent: 24pt;">
<span style="font-size: small;">Intervensi dilakukan dengan
menggunakan strategi
partisipasi aktif. Hal itu dimaksudkan agar para mahasiswa mencoba langsung
proses kolaborasi di dalam <i>Facebook</i>.
Selain itu, diharapkan juga ketika mahasiswa mencoba menggunakan langsung <i>Facebook</i> untuk berkolaborasi di dalam
proses belajarnya, mereka juga mempelajari bagaimana menggunakan <i>Facebook</i> sebagai sarana berkolaborasi.</span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-indent: 24pt;">
<span style="font-size: small;">Sebagai <i>agent of change</i> dalam intervensi, enam orang dosen diajak untuk
turut berdiskusi dengan setiap kelompok mahasiswa. Kehadiran pihak dosen diharapkan dapat
membuat mahasiswa mendapatkan pengalaman berkomunikasi dengan dosen di <i>Facebook</i> dalam konteks pembelajaran,
mengingat para dosen ditugaskan untuk memberikan masukan yang berkaitan dengan
teori-teori psikologi yang digunakan dalam perancangan program masing-masing
kelompok. Dengan memiliki pengalaman tersebut, diharapkan mahasiswa dapat
melihat bahwa <i>Facebook</i> dapat
digunakan sebagai sarana untuk membantu proses belajar.</span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-indent: 24pt;">
<span style="font-size: small;">Program intervensi menjadi bagian di dalam rancangan ajar mata kuliah
tersebut. Hal ini
dimaksudkan agar proses kolaborasi yang target intervensi lakukan di dalam <i>Facebook</i> dapat dilihat langsung
manfaatnya, baik oleh para mahasiswa yang aktif terlibat di dalamnya maupun
mahasiswa yang hanya menjadi pengamat.</span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-indent: 24pt;">
<span style="font-size: small;">Sebelum dan sesudah proses
intervensi dilakukan, para mahasiswa diminta untuk mengisi sebuah kuesioner
mengenai intensi mereka menggunakan <i>Facebook
</i>sebagai media berkolaborasi di dalam proses belajar mereka.</span></div>
<h3 style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; margin: 12pt 0cm 6pt;">
<span style="font-size: small;">3. HASIL DAN PEMBAHASAN</span></h3>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;">
<span style="font-size: small;">Intervensi yang
dilakukan di dalam penelitian ini bertujuan meningkatkan intensi mahasiswa
untuk menggunakan <i>Facebook</i> sebagai
sarana berkolaborasi di dalam proses belajar mereka. Selama empat minggu,
target intervensi diajak untuk menggunakan fasilitas <i>Group</i> yang terdapat di <i>Facebook</i>
sebagai sarana mereka mendiskusikan tugas akhir dari mata kuliah Psikologi
Komunitas yang mereka ikuti. Dosen mata kuliah tersebut turut serta dalam
kegiatan intervensi sebagai agen perubahan, dibantu oleh enam orang dosen dari
mata kuliah lain.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;">
<span style="font-size: small;">Sayangnya, kegiatan
intervensi tidak berjalan sesuai dengan rancangan. Agen perubahan tidak
menjalankan perannya dengan optimal, sedangkan mahasiswa tidak menunjukkan
perilaku yang menjadi indikator keberhasilan intervensi ini – yaitu aktif
berdiskusi dan berkolaborasi. Sedangkan dari evaluasi terhadap hasil
intervensi, diperoleh gambaran bahwa tidak ada perubahan yang signifikan pada
intensi mahasiswa untuk menggunakan <i>Facebook</i>
sebagai sarana berkolaborasi di dalam proses belajarnya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;">
<span style="font-size: small;">Walaupun demikian,
terjadi perubahan pada sikap mahasiswa terhadap penggunaan <i>Facebook</i> sebagai sarana berkolaborasi di dalam proses belajarnya.
Namun sayangnya, perubahan tersebut tidak berpengaruh terhadap persepsi para
mahasiwa mengenai kemampuan mereka mengontrol dirinya untuk menggunakan atau
tidak menggunakan <i>Facebook</i> sebagai
sarana berkolaborasi di dalam proses belajar. Akibatnya, intensi mereka untuk
menggunakan <i>Facebook</i> sebagai sarana
berkolaborasi di dalam proses belajar tidak mengalami perubahan yang signifikan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; margin: 12pt 0cm 6pt;">
<span style="font-size: small;"><b>4. KESIMPULAN</b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify; text-indent: 14.2pt;">
<span style="font-size: small;">Kegagalan kegiatan
intervensi ini terjadi karena aktivitas yang menjadi bagian dari desain
intervensi tidak diimplementasikan dengan optimal. Pihak yang menjadi agen
perubahan di dalam kegiatan intervensi ini, yaitu <span lang="EN-US">enam </span>dosen dari luar mata kuliah Psikologi Komunitas<span lang="EN-US">,</span> tidak menjalankan
perannya dengan baik. Para agen perubahan memang bergabung di dalam <i>group</i> “MA Pilihan Psikologi Komunitas
2010”, namun <span lang="EN-US">k</span>eikutsertaan <span lang="EN-US">para </span>dosen itu sayangnya hanya berlangsung di minggu kedua intervensi, sehingga
praktis pihak yang ikut berdiskusi di dalam forum itu <span lang="EN-US">lebih
banyak adalah mahasiswa.</span>
Ketidakikutsertaan <span lang="EN-US">agen</span> perubahan itu, menjadi salah satu penyebab tidak terjadi perubahan yang
signifikan pada persepsi para mahasiswa – yang didasarkan pada keberadaan
faktor eksternal – mengenai kemampuan mereka mengontrol dirinya untuk
menggunakan atau tidak menggunakan <i>Facebook</i>
sebagai sarana berkolaborasi di dalam proses belajarnya. Sebagai implikasinya, sesuai asumsi yang dibangun
berdasarkan hasil penelitian <i>baseline</i>,
tidak terjadi perubahan pada persepsi pada mahasiswa – yang didasarkan pada
penilaian terhadap dirinya sendiri – mengenai kemampuan mereka itu, sehingga
intensi mereka pun tidak turut mengalami perubahan.</span></div>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
</span></span><br />
<div class="MsoBodyTextIndent" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-indent: 24pt;">
<span style="font-size: small;"> Dari pengalaman intervensi di atas, dibuktikan pentingnya peran dosen dalam interaksi para mahasiswa di dalam forum diskusi dunia maya. Kehadiran dan keikutsertaannya di dalam forum tersebut bukannya berfungsi untuk memberikan kuliah atau pengajaran, melainkan untuk memperlihatkan kepada para mahasiswa bahwa dosennya ada sehingga jika mereka buntu dalam berdiskusi akan ada pihak yang bisa diharapkan untuk memfasilitasi kembai diskusi mereka. Oleh karena itu, menjadi hal penting bagi para dosen untuk mempersiapkan diri mereka, tidak hanya dengan kemampuan untuk memfasilitasi diskusi dan menguasai materi, namun juga dengan kemampuan menggunakan komputer, berselancar dan memanfaatkan internet, serta berdiskusi di dalam forum diskusi yang terdapat di ruang maya. Jika memang ada perbedaan yang begitu nyata antara para <i>digital natives </i>(mahasiswa) dengan para <i>digital immigrant </i>(dosen), maka menjadi mutlak bagi para dosen dan pengajar lainnya untuk mengetahui teknologi, yang dalam hal ini berarti komputer, internet, dan jejaring sosial (<i>social network</i>), mengingat itulah yang menjadi (salah satu) hal terpenting dalam hidup mereka.</span></div>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
</span></span><br />
<h3 style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; margin-bottom: 6pt;">
<span style="font-size: small;">DAFTAR PUSTAKA</span></h3>
<div class="dafpust" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; line-height: normal;">
<span style="font-size: small;">Burcher, N. (2009,
4 Juli). Facebook usage statistics – Top 20 fastest growing countries by users.
<i>Nick Burcher</i>. <a href="http://www.nickburcher.com/2009/07/facebook-usage-statistics-top-20.html">http://www.nickburcher.com/2009/07/facebook-usage-statistics-top-20.html</a>.<span lang="EN-US">
Diakses </span>16 Februari 2010.<span lang="EN-US"></span></span></div>
<div class="untukdafpus" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; line-height: normal;">
<span style="font-size: small;">Burcher, N. (2009, 31 Desember).
Facebook usage statistics by country – Dec 31st 2009. <i>Nick Burcher</i>. <a href="http://www.nickburcher.com/2009/12/facebook-usage-statistics-by-country.html">http://www.nickburcher.com/2009/12/facebook-usage-statistics-by-country.html</a>.<span lang="EN-US"> Diakses </span>16 Februari 2010.<span lang="EN-US"></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-size: small;">Burcher, N. (2010,
31 Maret). Facebook usage statistics – March, 2010 (With 12 Months Increase
Figures). <i>Nick Burcher</i>. <a href="http://www.nickburcher.com/2010/03/facebook-usage-statistics-march-2010.html">http://www.nickburcher.com/2010/03/facebook-usage-statistics-march-2010.html</a>.<span lang="EN-US"> Diakses </span> 1 April 2010.<span lang="EN-US"></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-size: small;">Wahid, F. (2010). <i>Masih tentang Facebook</i>. <a href="http://fit.uii.ac.id/berita-teknik-informatika/masih-soal-kasus-facebook-sisi-negatif--positif-teknologi-informasi-oleh-fathul-wahid.html">http://fit.uii.ac.id/berita-teknik-informatika/masih-soal-kasus-facebook-sisi-negatif--positif-teknologi-informasi-oleh-fathul-wahid.html</a>.<span lang="EN-US"> Diakses </span>16 Februari 2010.<span lang="EN-US"></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-size: small;">Karrer, T. (2007).
<i>Facebook as a learning platform:
eLearning technology</i>. <a href="http://elearningtech.blogspot.com/2007/10/facebook-as-learning-platform.html">http://elearningtech.blogspot.com/2007/10/facebook-as-learning-platform.html</a>.<span lang="EN-US"> Diakses </span>19 April 2009.<span lang="EN-US"></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-size: small;">Prenksy, M.
(2001). Digital natives, digital immigrants. <i>On the Horizon, 9(5)</i>. <a href="http://www.marcprensky.com/writing/Prensky%20-%20Digital%20Natives,%20Digital%20Immigrants%20-%20Part1.pdf" target="_blank">http://www.marcprensky.com/writing/Prensky%20-%20Digital%20Natives,%20Digital%20Immigrants%20-%20Part1.pdf</a>.<span lang="EN-US"> Diakses </span>1 Maret 2010.<span lang="EN-US"></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-size: small;">Tapscott, D. (2008). Grown Up Digital: How the Net Generation is Changing Your World. New York:
McGraw-Hill.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-size: small;">Bennett, S.
(2004). Supporting collaborative project teams using computer-based
technologies. Dalam Roberts, T. S. (Ed.). <i>Online
collaborative learning: Theory and practice</i> (hal. 1-27). Hershey: Idea
Group Inc.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-size: small;">Curtis, D. D.
& Lawson, M. J. (2001). “Exploring collaborative online learning”. <i>Journal of Asynchronous. Learning Networks,
5, 1, 21-34</i>. <a href="http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.130.2039&rep=rep1&type=pdf">http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.130.2039&rep=rep1&type=pdf</a>.<span lang="EN-US"> Diakses </span>1 Mei 2010.<span lang="EN-US"></span></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: left; text-indent: 24pt;">
<br />
<br />
<span style="font-size: x-small;">Sebagian materi ini dimuat dalam: Call For Paper Proceeding, Seminar Nasional Psikologi dan Media, Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya (14-15 Oktober 2011). Paragraf terakhir di tulisan ini adalah tambahan dari versi <i>proceeding</i>.</span></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/01031524203285461909noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2690578722720530499.post-61125802078416714462011-05-02T23:47:00.000+07:002011-09-06T13:55:03.482+07:00awam<p>this is not my place, i have to leave</p> <p>why?</p> <p>this isn’t my call</p> <p>but you have all the capabilities, physically and mentally</p> <p>oh, yes I do. I am ready for it, and I want it. but I was meant for it. this is not my call</p> <p>I had trained you. I spent years for that, for seeing you becoming the batman. you’re ready for that</p> <p>no. I am not batman. I will not be a batman</p><a name='more'></a><p>why?</p> <p>there are other ways to fight criminals. batman style is not for me, too much tools, weapons, vehicles. and the suit doesn’t fit me at all</p> <p>you scare of it? my my.. </p> <p>no. I just not need them</p> <p>hmm…</p> <p>if I be the batman, I won’t those things. batman without them is not batman. ergo, I won’t be the batman</p> <p>hmm…</p> <p>being the batman is not my call, bruce</p> <p>but I taught you for that</p> <p>well, I thank  you for that. but I think it is my decision, not yours. maybe I do capable for being the batman, and maybe I ready for that too.. but I can not be the batman, bruce. I didn’t have the soul, batman is too dogmatic and I can’t live with that. I honor the code…. but not as the batman</p> <p>so, what are you then?</p> <p>I will tell you when I find it out</p> <p> </p> <p><font size="1">*lebih dari satu dekade yang lalu lemari bajunya dikosongkan, namanya dihapus dari daftar absensi, tempat tidurnya dilipat lalu dirapatkan ke tembok, dan buku-buku serta gelasnya diundi*</font></p>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/01031524203285461909noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2690578722720530499.post-21100977330121549612011-03-27T22:01:00.000+07:002011-09-06T14:02:55.650+07:00few more steps<p>this phase is almost done<br/>just few more steps<br/>a giant leap in my life</p><br/><p>keeps me wonder<br/>why would i,<br/>why should i?</p><br/><p>one thing i know<br/>i want it</p><br/><p>just few more steps</p>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/01031524203285461909noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2690578722720530499.post-31163500096506241502011-01-22T14:28:00.000+07:002011-09-06T13:55:03.483+07:00Why him?Why can I be the robin? You are the batman now, and I don’t really care about it actually, so why can I be the robin. You and me against those crooks, don’t you think I worth for that position?<br/><br/>Sorry, Tim. Actually I can’t see you as my robin. I mean..<br/><br/>YEAH.. I GOT IT! I KNOW what you mean, Dick. Because Damian is Bruce’s son so HE becomes the number one priority. Damn YOU, Dick!<br/><br/>No... It’s not about priority. Listen to me, please.. Please, Tim. You and I were Robin in the past, when we were kids. For me, Robin is Batman’s student. We were Batman’s apprentice, his padawan. You are equal to me, Tim. Robin is never be equal to Batman. Listen, Damian has potential but he still emotional. We can just let him kill people. I took him as my Robin to teach him, Tim. And need your help for it.<br/><br/>I said I got it, Dick. So, do whatever you want.<br/><br/>Tim.. please<br/><br/>Listen to me, Dick. You are the first Robin, so you are the first priority in replacing Bruce as Batman. I can’t replacing you as Nightwing, so..logically, I supposedly became the Robin. But why now you take the kid? Because he is Bruce’s son? Don’t lie to me, Dick. Just say it. Don’t play nice to me, Dick.<br/><br/>No, Tim. That’s not the reason. Like i said, we’re equal.<br/><br/>AARGGHH... SHUT UP!! You can NOT lie to me. Just shut up!Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/01031524203285461909noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2690578722720530499.post-26879999839206548932010-07-18T18:05:00.000+07:002011-09-06T13:55:03.483+07:00Korek Api Batang [a salute for my friend]Bodi kurus, lurus kayak penggaris.. plus kepala cepak nyaris plontos. Mirip banget sama korek api batang yang mulai psycamp 2002 sering gue pake buat nyalain kompor minyak dan lampu petromaks.<br/>Bocah ini adalah orang pertama menjadi teman akrab gue di kampus. Dari jalan kaki bareng nembus hutan UI, lanjut nimbrung di berbagai kepanitiaan, nongkrong ngobrol ngalor-ngidul di PW, kemping dan naik gunung, ampe ngobrolin cewek.<a name='more'></a><br/><br/>Awal gue kenal, dia sangat doyan dengan motor. Seluk-beluk dunia motor dikuasainya, dari bengkel hingga balap-balapan. Sudah berapa kali pula motornya dia masukkan ke bengkel untuk diservis, dan entah uda berapa kali juga dia membawa dirinya masuk 'bengkel' untuk diservis gara-gara balapan liar.<br/>Dia selalu berusaha untuk menjadi jembatan bagi gue dan teman-teman yang lain. Berusaha untuk menjadi bijak di kala kebatuan gue mengeras, menjadi keras di kala gue melembek. Dari dia juga gue belajar untuk menahan memberi komentar terhadap apapun [yah, setidaknya gue uda berusaha ya...].<br/><br/>Tahun 2006 kami praktis sudah jarang bersama. Gue lulus kuliah dan langsung bekerja di sebuah tabloid. Pertemuan kami hanya terjadi di kampus, dalam rangka berdiskusi mengenai skripsinya. Februari 2007 dia lulus. Dia pun segera bekerja setelah lulus. Gue lupa uda berapa perusahaan yang dikencingi, sebagai tanda bahwa ia sudah perbah kerja di sana, dari yang hanya berstatus kontrak projek maupun yang berstatus tetap lalu dia tinggalkan demi sebuah pemikiran ideal [gue setuju banget!]. Kota tempat ia bekerja pun beragam, mulai dari kota metropollitan, jogja, balik lagi jakarta, manado, dan kembali lagi ke jakarta... bikin gue iri aja.<br/><br/>Di manado ia pun menemukan gadis pilihannya. Yaaahh.. itu pun setelah entah berapa banyak gadis. Lu yang itung sendiri aja deh, gue sih males.. BANYAK!!!<br/>Jatuh bangun ia mempertahankan gadis tersebut. Belajar untuk melupakan egonya, belajar untuk berkorban, belajar untuk mengalah.. namun tidak melupakan siapa dirinya.<br/><br/>Menjelang akhir tahun 2010, tampaknya temanku ini akan menyudahi perjalanannya di dunia kesendirian. Mulai titik itu, ia akan memulai perjalanan dan petualangan baru...<br/><em>Dunno what to say, my friend</em><br/><br/>Terima kasih atas pertemanan lu.<br/>Kemping kita???<br/><br/><em>to moncor:<br/>good luck</em>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/01031524203285461909noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2690578722720530499.post-85895786402096998752010-07-01T07:02:00.000+07:002011-09-06T13:55:03.483+07:00acknowledgment30 juni 2010. 15.20 WIB<br/>selesai sudah perjuangan dua tahun...<br/>jumat melek ampe besok paginya,<br/>sabtu kuliah [ga masalah sih, mengingat sd-smu gue juga masuk ampe sabtu],<br/>ga pulang ke rumah ampe berbulan-bulan [ini juga ga masalah.. trus apa perjuangannya?]<br/><br/>catatan tepar:<br/>> tipus sekali<br/>> memar otot belikat kiri [yang sering kambuhan hingga entah-kapan-terserah-si-belikat]<br/>> demam [hmm.. kayaknya masih keitung pake jari tangan]<br/>> diare [itungannya pake jari anak kost digabungin]<br/><br/>terima kasih atas obrolan, masukan, tabokan, palakan rokok, celaan, kuping dan hati yang kuat denger omongan gue yang dijamin ga disaring [and never will be], traktiran, tepukan di punggung....<br/><br/>tinggal revisi, trus wisuda<br/><br/>thanks to you all :)Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/01031524203285461909noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2690578722720530499.post-73340987625265113652010-06-27T10:15:00.000+07:002011-09-06T13:55:03.483+07:00it's almost donewell, batman.. it's almost done.<br/>my training is almost complete.<br/><br/>i did tell you that someday i'll be walk with my own feet,<br/>fly with my own wings, and go to the battle with my own costume [well that's the important part].<br/><br/>just relax, let me finish this first.<br/>and i'll help you, batgirl, robin, superman, wonderwoman, the flash, and everyone else.<br/>but let me finish this. just let me.<br/><br/>it's almost done.<br/><br/>sincerely,<br/>dick grayson [it will be: nightwing]Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/01031524203285461909noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2690578722720530499.post-41941547102809314792010-04-11T09:21:00.000+07:002011-09-06T13:55:03.484+07:00is that your costume?nightwing, is that your costume?<br/><br/>yes, why?<br/><br/>why there's no wing on it's back?<br/><br/>i ain't feel comfortable with wing.<br/><br/>but why?<a name='more'></a><br/><br/>just can not move freely.<br/><br/>but all the superheroes have wing on their costume. but not the villains, remember two face or joker?<br/><br/>wow wow.. what do you mean? you think i am a villain? just because i don't have wing in my costume?<br/><br/>no no.. it's not like that. i just don't wanna everyone else think that you are a villain.<br/><br/>so.. i AM a villain because i don't have wing in my costume?<br/><br/>why don't you just put wing on it? don't make any trouble, my friend.<br/><br/>trouble? why? because i will become a villain just because i don't have wing in my costume?<br/>what is it in your head? do you think you can spontaneously pointing to anybody in this world and then said, "he is a superheroes", just because he got wing in his shirt? is there any correlation in using wing and goodness or badness? what is it in your head, batman? is wing more important than my actions? goddamn it, batman.<br/><br/>that's not what i mean. i just think you should put a wing in your costume, just like every superheroes did. i am afraid they will see you as a different person, i am afraid that they won't believe you.<br/><br/>just because there's no wing in my costume?<br/><br/>i'm afraid, YES.<br/><br/>and how about you, batman? do you believe me?<br/><br/>i know you, nightwing. but everyone else is not.<br/><br/>do you believe me, batman?<br/><br/>just like i said, i know you.<br/><br/>so what are you afraid of?<br/><br/>you don't have wing in your costume.<br/><br/>--------------Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/01031524203285461909noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2690578722720530499.post-77615938969016109022010-03-21T01:50:00.000+07:002011-09-06T13:55:03.484+07:00where are we batman?listen to me now, batman<br/>i never wanna be your sidekick forever<br/>you and your dark costume...<br/>me and my green-yellow costume..<br/>green and yellow.. yuck! what's in your mind giving me those color?<a name='more'></a><br/><br/>anyway,<br/><br/>where are we now, batman?<br/>are we going anywhere?<br/>were we going anywhere?<br/>i don't think so<br/>we were not going anywhere. we're never have been.<br/><br/>to you, i'm always be the BOY wonder.<br/>BOY!!<br/>gosh...!! i was NOT child anymore.<br/><br/>that's why i threw the green-yellow costume down. i was sick about that colors.<br/>and i am not a child<br/><br/>i'm telling you now, batman!<br/>i am a grown up now.<br/><br/>so tell me,<br/>where are we going now, batman?<br/><br/>tell me<br/>tell me before i wear this nightwing costume and fly away.<br/>tell me,<br/>am i just your sidekick now?<br/>did you ever think about that?<br/><br/>what about partner?<br/>you and me<br/>me and you<br/><br/>we can work together,<br/>put those bastards down<br/><br/>how about that?<br/>you with your own way<br/>me with mine.<br/>and we, we with our way, together.<br/><br/>sounds nice to you, batman?<br/><br/>*sigh*<br/><br/>so tell me now<br/>are we going somewhere, batman?<br/><br/>-------------<br/>[dick grayson a.k.a. nightwing... the 1st robin/the boy wonder]Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/01031524203285461909noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2690578722720530499.post-79301707148133424412009-12-13T20:16:00.000+07:002011-09-06T13:55:03.484+07:00Jamsostek [tugas uts Psikologi & Kebijakan Publik]<strong>A. Abstraksi Jamsostek</strong><br/>Jaminan Sosial Tenaga Kerja merupakan salah satu bentuk asuransi sosial yang disediakan oleh negara di sektor formal maupun informal. Awal mulanya, asuransi untuk para tenaga kerja berada di bawah Perum Astek [Asuransi Tenaga Kerja], dan mulai tahun 1995 pengelolaan dan pelaksanaannya ditangani oleh sebuah perseroan terbatas [PT], yaitu PT Jamsostek.<br/><em><a name='more'></a></em>Dalam mengelola Jamsostek, PT Jamsostek memiliki visi menjadi lembaga penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang terpercaya dengan mengutamakan pelayanan prima dan manfaat optimal bagi seluruh pesertanya. Visi tersebut diejewantahkan dengan lima buah misi, yaitu: [a] meningkatkan dan mengembangkan Mutu Pelayanan dan Manfaat kepada peserta berdasarkan Prinsip Profesionalisme, [b] meningkatkan jumlah kepesertaan program Jaminan Sosial Tenaga Kerja, [c] meningkatkan budaya kerja melalui kualitas sumber daya manusia dan penerapan Good Corporate Governance, [d] mengelola dana peserta secara optimal dengan mengutamakan prinsip kehati-hatian, dan [e] meningkatkan Corporate Values dan Corporate Images. Visi dan misi tersebut dimaksudkan agar para pekerja memiliki kemandirian dan harga diri untuk mengatasi resiko sosial ekonomi, dalam artian mereka tetap dapat bekerja dan berproduksi secara maksimal tanpa dikhawatirkan dengan masalah perekonomian untuk masalah perawatan kesehatan, kehidupannya di hari tua, maupun tanggungan keluarganya ketika ia meninggal.<br/>Berdasarkan visi dan misinya, Jamsostek membuat sejumlah program jaminan bagi para pesertanya. Ada enam program jaminan yang mereka berikan, yaitu:<br/>1. Jaminan Kesehatan<br/>2. Jaminan Kecelakaan Kerja<br/>3. Jaminan Hari Tua<br/>4. Jaminan Kematian<br/>5. Dana Peningkatan Kesejahteraan Peserta<br/>6. Jaminan Luar Hubungan Kerja [untuk pekerja di sektor informal]<br/>Pada dasarnya, program-program yang diberikan oleh Jamsostek merupakan program umum yang, sesuai dengan UU No. 40 tahun 2004 pasal 18, menjadi bentuk jaminan sosial dari negara untuk masyarakat.<br/><br/><strong>B. Tinjauan Teori Psikologi</strong><br/>Jaminan sosial tenaga kerja dapat ditinjau secara psikologis dengan menggunakan teori dari Maslow mengenai hirarki kebutuhan [hierarchy of needs]. Dalam teori tersebut dinyatakan bahwa manusia memiliki kebutuhan yang bertingkat sepanjang hidupnya, mulai dari kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan untuk dihargai, hingga kebutuhan untuk beraktualisasi. Maslow menyatakan bahwa setiap individu tidak akan memiliki kebutuhan akan rasa aman apabila kebutuhan fisiologisnya belum terpenuhi. Dengan kata lain, pemenuhan kebutuhan itu bersifat bertingkat, seseorang cenderung untuk tidak akan memiliki kebutuhan akan rasa aman apabila kebutuhan fisiologisnya belum terpenuhi.<br/>Dalam hubungannya dengan organisasi, teori tersebut dapat digunakan untuk menjelaskan apa yang membuat seorang pekerja termotivasi untuk tetap bekerja dan memberikan produktivitas yang tinggi bagi perusahaannya. Mulai dari pemenuhan kebutuhan fisiologisnya, yaitu gaji, upah lembur, dan bonus. Lalu rasa aman yang terwujudkan dalam keselamatan kerja, jaminan akan jabatan atau kedudukannya, Di area kebutuhan itulah Jamsostek mengambil peran. Dengan mendaftarkan perusahaannya ke dalam program Jamsostek, sebuah perusahaan berusaha untuk memberikan kepastian akan rasa aman kepada para pegawainya, sehingga mereka tidak lagi was-was dengan masalah kesehatan dan bagaimana pendapatan mereka ketika pensiun maupun di hari tua nanti. Diharapkan dengan terpenuhinya rasa aman itu, para pegawai akan terpacu untuk dapat bekerja bersama, untuk berprestasi, dan mengembangkan dirinya dalam perusahaan, yang semuanya berujung pada peningkatan produktivitas para pegawai itu sendiri.<br/>Serupa dengan pendapat Maslow, seorang psikolog yang bernama Frederick Herzberg [http://www.examstutor.com/business/resources/studyroom/people_and_organisations/motivation_theory/4-herzbergstwofactortheory.php?style=] mengemukakan Motivation-Hygiene Theory. Dalam teorinya tersebut, Herzberg membagi kebutuhan pegawai menjadi dua: hygiene factors dan motivational factors. Kebutuhan yang pertama berhubungan dengan kebutuhan fisik, yaitu sandang, pangan, dan papan. Perusahaan dapat menjamin pemenuhan kebutuhan ini dengan menyediakan gaji yang memadai, iklim dan lingkungan kerja yang mendukung, serta kebijakan-kebijakan dan sistem administrasi yang baik. Herzberg menyatakan bahwa jika faktor higienis tersebut sudah bisa dipenuhi oleh perusahaan, maka barulah ia dapat meningkatkan motivasi para pegawainya. Sedangkan kebutuhan yang kedua, faktor motivasi, berhubungan dengan prestasi, yaitu proses mencapai suatu prestasi dan pengembangan diri secara psikologis. Perusahaan dapat menjamin pemenuhan kebutuhan ini dengan memberikan pengakuan atas prestasi pegawainya. Herzberg menyatakan bahwa faktor inilah yang lebih dapat memotivasi para pegawainya. Kedua kebutuhan tersebut, secara singkat dapat digambarkan dengan dua pertanyaan: [a] mengapa seseorang bekerja? dan [b] apa yang membuat seseorang bekerja dengan baik?<br/>Dalam kaitannya dengan Jamsostek, perusahaan yang mendaftarkan para pegawainya sebagai peserta program Jamsostek adalah perusahaan yang berusaha untuk menjamin bahwa para pegawainya <strong>mau</strong> untuk bekerja dengan baik. Dengan mendapatkan jaminan rasa akan kesehatan, keselamatan, dan hari tua diharapkan para pegawai merasa dihargai sebagai bagian dari perusahaan yang bersangkutan, sehingga dengan demikian mereka termotivasi untuk bekerja dan baik.<br/><br/><strong>C. Jamsostek dan SJSN</strong><br/>Sejak tahun 2001, Pemerintah RI merancang sebuah sistem jaminan sosial yang berusaha untuk memberikan perlindungan sosial yang menyeluruh dan terpadu bagi seluruh masyarakat Indonesia. Rancangan tersebut baru diserahkan ke DPR RI dalam bentuk RUU pada tahun 2004, dan pada tahun yang sama RUU tersebut disetujui – setelah mengalami beberapa revisi – menjadi UU Sistem Jaminan Sosial Nasional [SJSN].<br/>Akan tetapi, hingga kini sistem tersebut belum juga terlaksana. Ada beberapa benturan di lapangan – dengan menafikan nuansa tarik-menarik kepentingan di dalam pemerintah— yang menyebabkan sistem tersebut belum juga bisa diwujudnyatakan, seperti jumlah dana yang terbilang cukup besar serta belum jelasnya aturan dan administrasi badan yang mengelola sistem ini.<br/>Program dalam SJSN sebenarnya merupakan pengejawantahan dari UU No. 40 tahun 2004 pasal 18, yaitu [a] Jaminan Kesehatan, [b] Jaminan Kecelakaan Kerja, [c] Jaminan Hari Tua, dan [d] Jaminan Kematian. Ia dirancang untuk menjamin kesejahteraan sosial secara menyeluruh, akan tetapi hadir dengan mengusung keempat program tersebut membuat SJSN tampak tumpah-tindih dengan sejumlah program jaminan sosial lainnya, seperti Taspen, Askes, dan Jamsostek. Namun harus diakui kesemua program jaminan sosial yang sudah berjalan selama ini belum bisa menyentuh masyarakat secara menyeluruh, sehingga kehadiran SJSN nantinya diharapkan dapat menutupi kekurangan tersebut. Selain itu, untuk menghindari adanya overlap di antara SJSN dengan program jaminan sosial yang lain, diharapkan ada suatu harmonisasi perundang-undangan jaminan sosial atau bahkan peleburan di antara kesemuanya.<br/><br/><strong>Referensi</strong><br/><em>Herzberg Two Factors Theory</em>. Diunduh pada tanggal 3 Desember 2009 dari http://www.examstutor.com/business/resources/studyroom/people_and_organisations/motivation_theory/4-herzbergstwofactortheory.php?style=.<br/>Maslow, A. H. [1943]. <em>A Theory of Human Motivation</em>. Diunduh pada tanggal 1 Desember 2009 dari http://psychclassics.yorku.ca/Maslow/motivation.htm.<br/>http://www.jamsostek.co.id diunduh pada tanggal 3 Desember 2009.<br/>http://jamkesos.depsos.go.id diunduh pada tanggal 3 Desember 2009.<br/>http://els.bappenas.go.id/upload/other/Banyak%20Kendala%20Sistem%20Jaminan%20Sosial%20di%20Indonesia.htm diunduh pada tanggal 4 Desember 2009.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/01031524203285461909noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2690578722720530499.post-8238136352801719822009-12-04T23:42:00.000+07:002011-09-06T13:55:03.484+07:00ode sayai do not believe that god is out there<br/><em><a name='more'></a></em><br/>i do not believe that..<br/>cos it's inside me.<br/><em>[just read my last/middle name :p]</em><br/><br/>it's inside all of us.<br/>whatever you name it, whatever you call it..<br/>even if it's yourself.<br/><br/>just open your heart and eyes.... wide open!<br/>just feel it.. forget everything you know about it, cos it's all wrong!<br/><em>cos human will never know about it. never! so don't try to, just feel it</em><br/><br/><br/>tidak mau mencoba memahami, maupun mengetahui, apalagi menerka...<br/>tidak rela sia-siakan kapasitas kognitif yang dimiliki..<br/>tidak tega sia-siakan waktu yang ada...<br/><br/>lebih baik bergerak, bertindak..<br/>liat sekitar, bantu yang tertindas, bangunkan yang lemah.<br/><br/><br/><br/><br/>[catatan dari saya -- orang dengan kemarahan atas mereka yang sengit mencaci dan menghujat orang yang tidak mengenal tuhan, namun sendirinya tidak mau mengenal sesamanya manusia]Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/01031524203285461909noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2690578722720530499.post-32169922062457069822009-11-03T07:20:00.000+07:002011-09-06T13:55:03.484+07:00meracau di tengah malam butake mana si batman?<br/>ga jelas ini yang nanya si robin atau joker.<br/><br/>joker jelas adalah musuh besarnya yang selalu kangen dan dikangenin batman.<br/>robin? di gotham sih dia dikenal sebagai sidekick-nya batman. di kota lain mungkin batman adalah sidekick-nya robin.<a name='more'></a><br/><br/>dua tokoh komik yang gue kagumi. apanya yang patut dikagumi dari tokoh peran pembantu?<br/>jelas konsistensi mereka.<br/>tanpa keberadaan mereka, batman malah ga ada apa-apanya. cuma lelaki berjubah kelelawar yang lompat-lompat gedung tiap malam berharap ada cewek cakep yang butuh pertolongan.<br/>tanpa keberadaan mereka, mungkin bruce wayne tidak bertahan lama jadi batman.<br/>seperti yesus yang ga akan disalibkan kalo tuh orang-orang yahudi ga kekeuh dengan pendapatnya.<br/>atau seperti gandhi yang ga akan terkenal kalo pihak inggris mau terbuka dan peduli.<br/><br/>jelas mereka yang patut dihargai. tapi toh mereka tidak gila penghargaan.<br/>joker malah dibenci [kecuali ama gue];<br/>robin malah hampir terlupakan. sejarah mencatat ada 4 orang yang pernah menjadi robin selama bruce wayne adalah batman: dick grayson, jason todd, tim drake, dan stephanie brown [iya, ini cewek.. keren!]. robin yang terakhir tercatat adalah damien wayne, ini tuh malah anaknya bruce wayne yang menjadi robin dan tim drake sebagai batman-nya [tuh kan.. sidekick atau pahlawan cuma sebutan yang tergantung lu ada di kampung mana dan di waktu kapan].<br/><br/>jadi sebenarnya ada lima, tapi siapa yang ingat? siapa yang tergila-gila dengan mereka? bahkan dick grayson harus menjadi nightwing dulu baru kemudian ia digandrungi.<br/><br/>trus gue mau jadi yang mana?<br/>enggak dua-duanya juga sih.<br/>kagum sama tokoh ga membuat gue ingin jadi tokoh itu sendiri. sadar bahwa ada sesuatu di tokoh itu yang gue ga punya, sadar bahwa banyak yang ga ada di tokoh itu tapi semuanya gue punya.<br/>gue mau jadi gue aja. itu uda cukup. syukur-syukur kalo ada yang kagum sama gue.<br/><br/>-----------------------------------------<br/><br/>trus di mana si batman?<br/>mungkin malam ini ia ingin beristirahat. capek juga tiap malam lompat-lompat gedung.. untung juga dia punya sidekick kayak robin, jadi ada teman ngobrol sambil lompat-lompat gedung.<br/>mungkin malam ini ia ingin berkencan dengan catwoman atau poison ivy. tidak ingin diganggu<br/><br/>ya, biarkan malam ini robin yang lompat-lompat sendirian.<br/>biarkan saja malam ini joker beristirahat.. atau sekali-kali lah menikmati bulan dengan tenang bersama harley quinn, plus sok romantis dengan candle light dinner.<br/><br/>ya... biarkan robin malam ini melompat-lompat sendirian.<br/>menikmati dinginnya malam sendirian.<br/>biarkan kali ini robin yang menolong cewek cakep yang butuh pertolongan.. lagipula batman uda terlalu tua, jadi biarkan yang muda maju. biarkan dia merasakan pengalaman yang serupa.<br/>siapa tahu malam ini robin bakal ketemu 'joker' untuknya, atau 'catwoman' untuk dipeluknya.<br/><br/>kemana si batman?<br/><br/>sudahlah.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/01031524203285461909noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2690578722720530499.post-49944131259026619702009-05-10T15:26:00.000+07:002011-09-06T14:06:39.739+07:00Facebook.. dan nasibnya di UIBeberapa hari yang lalu, terdengar kabar bahwa di pihak Rektorat UI ada wacana mengenai pembatasan penggunaan akses intenet. Wacana yang nyaring terdengar adalah, sebagai imbas pembatasan tersebut, salah satu situs jejaring sosial [<em>social network</em>] yaitu <em>Facebook</em> akan di-<em>ban</em>. Atau dengan kalimat lain, akses ke <em>Facebook</em> akan ditutup di lingkungan UI.<br/><em><a name='more'></a></em><br/>Alasan dibalik ditutupnya akses ke <em>Facebook</em> cukup berisi:[1] mahasiswa lebih sering membuka situs tersebut daripada situs artikel-artikel atau jurnal-jurnal <em>online</em>, [2] banyaknya akses ke <em>Facebook</em> memakan kuota <em>bandwith</em> yang sangat banyak sehingga berpotensial [dan sudah] memperlambat akses internet di lingkungan UI.<br/><br/>Alasan yang pertama sangat masuk akal. Lagipula, setelah membaca beberapa artikel mengenai rendahnya nilai-nilai kuliah para mahasiswa yang sibuk ber-<em>facebook</em>-an ria [klik <a href="http://www.timesonline.co.uk/tol/news/uk/education/article6078321.ece">ini </a>atau <a href="http://researchnews.osu.edu/archive/facebookusers.htm">yang ini</a> untuk baca], alasan tersebut membuat UI terlihat sangat peduli terhadap kualitas para mahasiswanya. Akan tetapi, yang kemudian patut dipertanyakan adalah: apakah dengan menutup akses ke <em>facebook</em> lantas membuat frekuensi para mahasiswa mengunjungi jurnal-jurnal <em>online</em> meningkat? Apakah dengan tidak mengunjungi <em>facebook</em> lantas nilai-nilai para mahasiswa akan meningkat?<br/><br/>Seperti yang disampaikan oleh Karpinski [dalam Grabmeier, 2009], Facebook hanyalah sebagai suatu 'tempat' pelarian para mahasiswa yang enggan/malas kuliah, sehingga andaikata akses ke sana ditutup -- atau bahkan bila <em>Facebook</em> dihapuskan-- para mahasiswa itu akan mencari 'tempat' pelarian yang lain. Memang, ada hubungannya antara menurunnya nilai mahasiswa dengan frekuensi mengunjungi <em>Facebook</em>, namun masih terlalu dini untuk kemudian menyimpulkan bahwa nilai-nilai mahasiswa tersebut menurun karena mereka terlalu sering mengunjungi <em>Facebook</em>, masih ada banyak faktor-faktor lain yang juga tentunya berpengaruh: kepribadian, misalnya.<br/><br/>Argumen yang serupa juga berlaku untuk pertanyaan "apakah dengan menutup akses ke Facebook lantas mahasiswa akan sering mengunjungi jurnal-jurnal <em>online</em>?" Walaupun, menurut hemat saya, tidaklah pada tempatnya menaruh situs jurnal <em>online</em> dan <em>Facebook</em> untuk diperbandingkan. Seperti membandingkan perpustakaan dan kantin. Perpustakaan merupakan tempat yang akan dikunjungi para mahasiswa bila mereka perlu mencari buku. Sedangkan kantin merupakan tempat bersosialisasi. Apakah lantas karena kantin lebih sering dikunjungi daripada perpustakaan kemudian kantin ditutup? Kantin ditutup pun belum tentu mahasiswa lantas ke perpustakaan. Mereka akan pindah ke taman, selasar gedung, atau bahkan mall. Apakah lantas kemudian ingin menutup semua tempat bersosialisasi? Tentu suatu tindakan yang konyol. Bukankah lebih bijak jika kemudian memanfaatkan kantin sebagai tempat untuk meningkatkan gairah mahasiswa untuk belajar? Bukankah lebih bijak jika memanfaatkan tempat bersosialisasi itu untuk memancing minat mahasiswa ke perpustakaan? Dosen-dosen ikut makan di kantin mahasiswa, ikut ngobrol, berdiskusi dengan mahasiswa. Ini pernah [dan masih] saya rasakan di kantin Psikologi UI [ingat, saya adalah mahasiswa di sana].<br/><br/>Alasan kedua yang dilontarkan oleh UI bagi saya seharusnya dipergunakan UI untuk memanfaatkan Facebook sebagai media komunikasi dengan para mahasiswa, staff, dan alumni. Bukan lantas dipergunakan untuk menutup akses ke Facebook. Sementara itu, UI juga lebih baik memperbaiki penampilan platform profile.ui.ac.id agar para mahasiswa dan dosen berminat untuk mengunjunginya, dan bukan hanya karena ingin mengubah password juita saja.<br/><br/>Demikian tulisan singkat saya.<br/><br/>Tulisan yang lebih panjang sedang saya susun untuk dimasukkan sebagai tugas UTS yang hingga kini belum saya masukkan.. maaf, Pak....<br/><br/>referensi:<br/>Grabmeier, J. [20090. Study finds link between Facebook use, lower grades in college. http://researchnews.osu.edu/archieve/facebookusers.htmAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/01031524203285461909noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-2690578722720530499.post-24029299542585383662009-05-01T09:55:00.000+07:002011-09-06T13:55:03.485+07:00Mobil TerbangSebuah perusahaan bernama Terrfugia, yang terletak di Woburn, Massachusetts, Amerika Serikat, telah berhasil menciptakan mobil terbang. Transition, nama mobil terbang itu, dijanjikan akan diproduksi massal dan bahkan kini sudah habis dipesan walaupun produksinya belum berjalan.<br/>Transition memiliki dimensi tinggi 2,1 m, lebar 2 m, dan panjang 5,7 m setelah sayapnya dilpat. Bentuknya pun cukup unik, seperti gabungan antara mobil sedan dan pesawat pribadi kecil [<em>chase aircraft</em>] lengkap dengan ekor dan baling-baling, dan sayap di samping. Baling-baling dan sayapnya akan terlipat dan terkunci secara otomatis ketika mode darat sedang digunakan.<a name='more'></a><br/><img class="alignnone size-full wp-image-47" title="first flight chase plane" src="http://paperlesswriter.files.wordpress.com/2009/05/first_flight_chase_plane-thumb1.jpg" alt="first flight chase plane" width="200" height="133" /> <img class="alignnone size-full wp-image-48" title="transition road" src="http://paperlesswriter.files.wordpress.com/2009/05/transitionroad1.jpg" alt="transition road" width="200" height="150" /> <img class="alignnone size-full wp-image-51" title="transition gas station" src="http://paperlesswriter.files.wordpress.com/2009/05/transitiongasstation.jpg" alt="transition gas station" width="200" height="150" /><br/>Pemindahan dari mode darat ke mode terbang cukup mudah, cukup dengan menekan satu tombol yang ada di kabin. Namun, mobil ini membutuhkan ruang kosong sepanjang 520 m untuk lepas landas, walaupun mendaratnya hanya butuh beberapa ratus meter. Mobil yang mampu menampung 2 orang ini diklaim mampu menempuh kecepatan 185 km/jam ketika sedang berada di udara.<br/>Untuk penyimpanannya, Transition tidak membutuhkan banyak ruang. Dengan ukurannya yang lebih kecil dibandingkan mobil-mobil SUV, ia bisa disimpan di dalam garasi, tentunya jika sayapnya dilipat.<br/><br/><img class="aligncenter size-full wp-image-49" title="transition garage" src="http://paperlesswriter.files.wordpress.com/2009/05/transitiongarage.jpg" alt="transition garage" width="200" height="150" /><br/><br/>Untuk mendapatkannya, ada dua persayaratan utama: 1. membayar uang reservasi sebesar 10ribu dollar Amerika, dan 2. memiliki lisensi pilot.<br/><br/>Tertarik? Untuk informasi lebih lanjut bisa cek ke: www.terrafugia.com<br/><br/>Referensi berita dan gambar:<br/>www.terrafugia.com<br/>http://sains.kompas.com/read/xml/2009/01/16/0845442/mobil.terbang.dibanderol.rp.17.miliar.mauAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/01031524203285461909noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2690578722720530499.post-6480298201635413372009-01-07T11:17:00.000+07:002011-09-06T14:06:39.739+07:00Pusat Informasi Majapahit: ketidakpedulian pemerintah akan sejarah<p style="text-align:left;">Pembangunan mega proyek yang dicanangkan pemerintah menuai protes dari kalangan arkeolog. Bagaimana tidak, pembangunan proyek Pusat Informasi Majapahit [PIM], yang rencananya dibangun tepat di atas lahan di dekat situs Kolam Segaran, telah merusak beberapa situs Majapahit.</p><br/><br/>Situs-situs tersebut ditemukan ketika dilakukan penggalian untuk pembuatan pondasi PIM. Yang membuat berang para arkeolog adalah situs-situs kemudian sama sekali tidak dihiraukan. Beberapa malah dirusak untuk kepentingan pembuatan 50 tiang pancang pondasi. Sumur tua yang ditemukan malah ditimbun bebatuan dan rusak sebagai imbas pengecoran.<br/><em><a name='more'></a></em><br/>Proyek PIM itu sendiri sebenarnya sudah direncanakan sejak tahun 2007, hanya saja baru bisa diwujudkan tahun 2008. Peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Menbudpar, Jero Wacik, tanggal 3 November 2008. Tujuannya sederhana: menyatukan semua situs Majapahit di dalam sebuah taman dengan konsep yang terpadu agar bisa situs-situs tersebut bisa diselamatkan dan bisa menarik minat wisatawan.<br/><br/>[caption id="attachment_23" align="alignnone" width="442" caption="http://www.mojokerto.info/wisata-budaya-mojokerto/masterplan-majapahit-park/masterplan_25.jpg"]<img class="size-full wp-image-23" title="masterplan" src="http://paperlesswriter.files.wordpress.com/2009/01/masterplan_25.jpg" alt="masterplan" width="442" height="304" />[/caption]<br/><p style="text-align:left;"></p><br/><br/>Akan tetapi, yang kemudian disayangkan adalah pembangunannya tidak konsisten tujuan tersebut. Bukannya menyelamatkan situs-situs Majapahit, PIM malah merusak. Tidak heran jika sebagian besar arkeolog di Indonesia berang. Awal Desember 2008, sebuah tim evaluasi yang dibentuk Direktorat Purbakala Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dikirim ke Trowulan. Hasil evaluasi merekomendasikan penghentian penggalian fondasi karena mulai terlihat gejala pengrusakan temuan struktur bangunan kuno. Namun rekomendasi itu hanya berakhir di atas kertas. Proses penggalian dan pengecoran beton tetap dilanjutkan. Sekitar 15 Desember 2008, ketika ditengok kembali, pengrusakan semakin nyata. Sebuah dinding sumur kuno dari jobong [gerabah berbentuk silinder] dijebol hanya demi memasang tulang baja untuk alas pilar. Sementara beberapa struktur dinding bangunan kuno langsung ditimbun tumpukan batu dan semen untuk fondasi bangunan. Barulah setelah hal itu dilaporkan, proyek tersebut dihentikan sementara. Walaupun sudah dinyatakan dihentikan, pembangunan di lapangan tetap berjalan. Pembangunan baru berhenti setelah ada perintah langsung dari Menbudpar, yaitu di awal Januari 2009.<br/><br/>Berbagai macam pembelaan pun dilontarkan oleh pihak pemerintah dan pelaksana pembangunan proyek. Kepala Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Provinsi Jawa Timur, I Made Kusumajaya, mengatakan bahwa PIM sudah selayaknya dibangun sebab situs Majapahit selama ini hanya menjadi milik komunitas arkeolog. Majapahit adalah milik masyarakat Indonesia, maka sudah selayaknya jika semua kalangan masyarakt mengetahuinya. Begitu kira-kira penjelasannya. Ia menekankan, sebagai seorang arkeolog, dia tidak bisa terlalu egoistis dengan keinginan tunggal untuk tetap terus mempertahankan situs sejarah itu tidak diketahui orang banyak. Sebuah pernyataan yang sayangnya tidak diwujudkan dengan halus. Sebagai seorang arkeolog, I Made Kusumawijaya seharusnya tahu bahwa pembangunan di situs arkeologis tidak bisa dilakukan begitu saja. Perlu ada perencanaan matang yang melibatkan penelitian arkeologis terlebih dahulu, baik untuk pondasi maupun desain dan bentuk bangunannya. Itu juga kalo masih bersikeras dan tega untuk membangunnya tepat di atas situs sejarah.<br/><br/>Indonesia sebenarnya sempat punya reputasi yang cukup disegani oleh dunia internasional dalam hal konservasi cagar budaya. Reputasi tersebut didapatkan setelah Indonesia berhasil memugar Borobudur di tahun 1980an. Bahkan setelah proyek pemugaran Borobudur selesai, Indonesia dipercaya untuk membantu pemugaran kompleks Candi Angkor Wat di Kamboja. Namun, reputasi itu nampaknya terkikis habis oleh kepentingan bisnis. Borobudur bisa menjadi contoh salah satunya, bisa dilihat berapa banyak menara pemancar yang berdiri di tanah yang sebenarnya masih masuk area pelestarian Borobudur.<br/><br/>Begitu pula lah yang tampaknya terjadi dengan Majapahit. Dari <em>site plan</em>-nya bisa kita lihat sendiri bagaimana kepentingan bisnis sangat besar di dalamnya, bukan pelestariannya. Lihatlah betapa besarnya Camping Ground, area Wisata Kuliner, Playground, dan bahkan ada restoran apung di situs Kolam Segaran. Luas wilayah-wilayah tersebut tidak sebanding dengan luas gedung Pusat Informasi Majapahit yang letaknya di pojokan. Bis jadi gedung PM akan terlupakan dan tujuan untuk memperkenalkan Majapahit ke masyarakat tidak tercapai sebab pengunjung ke sana karena hanya ingin kemping, makan, atau berenang bukan untuk melihat sejarah Majapahit.<br/><br/>[caption id="attachment_26" align="alignnone" width="377" caption="http://www.mojokerto.info/wp-content/uploads/2007/11/masterplan_24.jpg"]<img class="size-full wp-image-26" title="masterplan_24" src="http://paperlesswriter.files.wordpress.com/2009/01/masterplan_24.jpg" alt="http://www.mojokerto.info/wp-content/uploads/2007/11/masterplan_24.jpg" width="377" height="264" />[/caption]<br/><br/>Pembangunan mega proyek PIM ini nampaknya semakin mempertegas betapa sebenarnya pemerintah tidak peduli terhadap sejarah bangsanya sendiri. Pemerintah terlihat panik dan terburu-buru dalam usahanya untuk meningkatkan pendapatan negara. Bersikeras membangun 'museum' dengan segala macam fasilitas hiburan demi menarik minat wisatawan. Rencana tidak matang, pembangunan asal-asalan, dan mungkin saja--jika sudah berdiri--tidak dirawat dengan baik seperti museum-museum lainnya yang sudah ada.<br/><br/>Sumber:<br/>www.kompas.com<br/>www.mojokerto.infoAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/01031524203285461909noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-2690578722720530499.post-42300629302093530282008-11-07T20:07:00.000+07:002011-09-06T13:55:03.485+07:00haru, duka, dan cinta [pengalaman psycamp #3: 2003]<strong>[Selasa, sekitar pukul 11an malam. Sagalaherang]</strong><br/>Kali ini gue ga ikut berangkat advanced. Ada kendala dengan satu mata kuliah. Advanced berangkat setelah berhasil mendapatkan dispensasi uts susulan, mengingat mereka berangkat pada pekan uts. Gue juga sebenarnya juga dapet dispensasi itu, namun sialnya mbak tya bersikeras tidak memberikan dispensasi itu ke gue untuk kuliahnya, D5. Alhasil, gagal deh gue ikut advanced. Sialnya lagi D5 itu ujiannya hari Kamis. Kalo Senin kan gue bisa nyusul advanced dengan tenang. Nah ini?<a name='more'></a><br/><br/>Selasa sore jam 5 gue berangkat dari kampus ke gudang Kostrad untuk ketemu prajurit yang mo nganterin tenda pleton ke lokasi. Gue akan dia ke sana. Di jalan, gue menjemput beberapa item dulu: vemmy dan genset dari bowo. Setelah keduanya berhasil gue dapatkan, langsung deh tancep ke lokasi. Jam 8an dari pintu tol jatibening.<br/>Tronton yang gue tumpangi langsung tancep gas ga pake babibu lagi. Jarak yang biasanya ditempuh 4 jam bisa dia lalui kuran dari 3 jam. Jam 11 kurang sudah sampai di gerbang perkebunan teh. Lokasi psicamp tahun itu ada di dalam hutan teh.. bekas perkebunan teh yang sekarang sudah dipakai lagi dan pohon-pohonnya dibiarkan tumbuh tinggi, keren banget! Begitu sampe, langsung gue mencoba menghubungi salah satu advanced yang ada di sana, pae hp baru gue. Tahun itu pertama kalinya gue punya hp, hasil gaji pertama kerja di tki bareng bang pe. Alfin yang berhasil gue hubungi.<br/>Tim advanced menunggu di 'pintu masuk' hutan teh yang letaknya tuh ada di belakang kebun teh. Gue langsung meminta sang prajurit untuk memacu trontonnya lagi ke titik itu. Ga ada 10 menit, gue ketemu dengan advanced yang sudah menunggu dengan tampang kucelnya. Asli gue iri berat dengan mereka. Iri yang bercampur perasaan tidak enak karena sama sekali tidak bisa membantu.<br/>Tanpa basa-basi, langsung mereka, vemmy, dan gue menurukan tenda. Setelah semua barang diturunkan, termasuk genset, mereka menyalami gue dan dengan tegas melarang gue untuk bantu ngangkut tenda ke lokasi walau cuma bawa satu buah pasak.<br/>"Pulang aja lah, mond," kata dipan yang waktu itu jadi PJ advanced, "kalo lu ke lokasi, jamin deh lu ga akan niat balik lagi ke depok. Lagian mending lu bantu paije di depok." Paije alias efi adalah PO-nya dan kebetulan saat itu gue adalah WAPO.<br/><br/><strong>[Rabu, sekitar jam 11 siang. Terminal kampung rambutan]</strong><br/>Dipan betul banget. Alfin, anes, dipan, andra, dan dexon memandangi gue yang menatap mereka sambil menangis. Gue yakin mereka butuh tenaga gue, tapi mereka bersikeras untuk lebih baik bilang ENGGAK ke gue.. dan gue tahu mereka benar.<br/>Maka berangkatlah gue kembali ke depok bersama sang prajurit. Sampe di kostrad jam 9 pagi. Kami sempat berhenti di pinggiran tol untuk tidur sekitar jam 3 pagi. Dari tempat itu gue memutuskan untuk tidak menampakkan diri di kampus. Semua panitia, kecuali efi dan anom, ngertinya tuh gue ikut advanced. Lagipula para dosen, kecuali mbak tya dan mas budi hartono, taunya gue ikut advanced juga, makanya mereka ngasih dispensasi. Kalo sampai gue terlihat oleh dosen-dosen itu, bisa berabe gue. Lebih baik gue pulang. Makanya sekarang gue terpuruk di terminal ini.<br/><br/><strong>[Beberapa minggu sebelumnya. Sore hari. Sekitar akademos dan kantin]</strong><br/>Lobi dengan PO psau menemui jalan buntu. Dia bersikeras tetap menjadikan acara keagamaan sebagai penutup prosesi. Dia menolak dengan halus ajakan kami untuk menjdaikan psycamp sebagai penutup prosesi, kembali seperti di tahun 90an. argumen kami sederhana: psau dan prosesi merupakan kegiatan pengenalan dunia kampus kepada mahasiswa baru dengan visi menjadikan mereka sebagai satu angkatan yang solid. Namun kenapa lantas acara puncaknya, yaitu penutupnya, bukannya diadakan suatu kegiatan yang mengusung kebersamaan namun lantas diadakan kegiatan yang memisah-misahkan mereka. Mengusung kebersamaan sih memang, kebersamaan sebagai kelompok. Bukan kebersamaan sebagai anak psikologi ui. Lagipula, tambah gue ke sang PO psau, kalo memang kelompok-kelompok keagamaan itu mau ngadain acara perkenalan dan inisiasi, kenapa juga ga mengadakan sebagai kegiatan mandiri di luar prosesi. Dengan argumen itu, dipan, dan gue nawarin psycamp. Satu kegiatannya jelas untuk semua kalangan, bahkan termasuk karyawan. Dua, panitianya juga uda siap sehingga panitia psau ga usah repot lagi. Namun, tawaran itu ditolaknya dengan alasan tidak mungkin membatalkan acara keagamaan.<br/>Obrolan gue dengan pengurus senat hampir tidak membuahkan hasil apa-apa. Gue dengan tegas menolak klaim mereka atas perlengkapan psycamp. Argumen dibalik klaim mereka jelas: psycamp adalah kegiatan senat, jadi perlengkapannya jelas milik senat. Argumen gue cuma dua: [1]. yang ngumpulin duitnya siapa? tapi lupakan argumen itu; [2]. ada ga pihak senat yang dengan jelas mengurusi barang-barang di gudang senat? Gue nawarin agar barang-barang itu diurus oleh advanced psycamp, dengan catatan ga boleh dipake panitia kegiatan lain tanpa ada ijin, mengingat biasanya habis dipake trus ga balik lagi tuh barang-barang, atau jika balik juga udah ga utuh lagi.<br/>Argumen gue ditolak mentah-mentah. Perang mental pun tidak dapat gue hindari. Emang uda tabiat gue kayaknya yang ga pernah tahan ngeliat orang-orang yang saking patuhnya sama birokrasi jadi gila hormat. Ga heran gue, kenapa wiwit [SC psycamp 03 bareng ama moko] sempat nangis memperjuangkan psycamp. Jadi taulah gue gimana apa yang dirasakan wiwit dan moko waktu berjibaku otak memperjuangkan psycamp di raker senat. Celetukan dan kalimat-kalimat tanggapan yang keluar dari mulut gue pun makin tajam dan makin jelas mencela.<br/>Yang bikin gue puas adalah keputusan senat yang kemudian menentukan bahwa uang sisa dari kegiatan senat, tidak sepenuhnya harus menjadi milik senat. Hanya sekitar 30% yang harus disetor ke senat. Itu kalo ada sisa. Sempat gue mo nanya gimana kalo yang ada itu utang? Apa senat juga mo ikut nanggung? Tapi untungnya pertanyaan itu ga sempat keluar, mengingat gue yakin psycamp ga akan defisit.. dan keyakinan gue terbukti.<br/><br/><strong>[Jumat, sekitar jam 3 siang, di akademos]</strong><br/>Mas ito, dekan saat itu, memberikan sambutan yang sekaligus menjadi pidato melepas keberangkatan rombongan psycamp. setelah itu, giliran efi sang PO. Abis itu gemala, sang PJ acara, melakukan briefing keberangkatan. Gue cuma bisa duduk diam di belakang mereka sambil memandangi peserta yang terlihat tidak sabar untuk berangkat.<br/>Beberapa menit sebelum berangkat, gue menghampiri efi hanya untuk menenangkannya. Dia terlihat panik dan tegang, mengingat sehari sebelumnya alfin mengabarkan bahwa lokasi terendam banjir.<br/>"Tenang, jeh. Alfin itu hiperbolis. Lokasi kan lebih tinggi dari sungai. Jauh lebih tinggi. Ga akan mungkin deh kebanjiran," kataku sambil mengelus kepalanya.<br/><br/><strong>[Jumat. Depok - Sagalaherang]</strong><br/>Hujan menerpa kami sepanjang perjalanan. Tronton yang kami tumpangi semuanya memiliki atap yang yang penuh 'bintang' alias bocor. Alhasil di sepanjang perjalanan, para penghuni tronton sibuk mengakali atap trontonnya, dari yang mulai pake labkan sampe melapisinya dengan ponco ato raincoat yang tentunya mereka bawa sendiri-sendiri.<br/>Memasuki purwakarta kepanikan efi menjadi. Datang kabar dari alfin lagi. Kabar buruk. Advanced yang diterpa hujan selama 3 hari berturut-turut mengabarkan bahwa jalan masuk lokasi sama sekali tidak bisa dilalui. Banjir. Efi menunjukan sms itu ke gue yang duduk di depannya. Taik lah si alfin. Kenapa juga ngirimnya ke efi bukannya ke gue. Bikin susah gue aja lu dung!<br/><br/><strong>[Jumat, sekitar jam 9 malam. Lokasi psycamp]</strong><br/>Seperti tahun-tahun sebelumnya, perjalanan berhenti sejenak di depan kantor polisi sagalaherang untuk menunjukan surat ijin jalan dari kepolisian depok dan dari pihak kampus. 30 menit kemudian kami tiba di titik untuk menurunkan peserta. Titik yang sama dengan waktu gue nurunin tenda.Para advanced sudah menunggu kami di situ, minus dexon.<br/>Dipan, alfin, dan anes langsung menemui efi dan gue. Kasih laporan singkat soal lapangan. Mereka bertiga sempat menemui gue personal, tanpa sepengetahuan efi. Dari situ gue tahu kalo berita terakhir dari alfin itu benar adanya. Mereka meminta gue untuk memandu rombongan tronton pertama ke lokasi.<br/>Jalur ke lokasi terasa sangat berat ketika memasuki tanjakan terakhir. 10 meter dari lokasi. Air dari sungai yang menjadi elemen penyambut para peserta meluap. Yang tadinya hanya semata kaki meluap hingga sepaha. Untungnya alirannya tidak deras sehingga masih bisa dilalui dengan aman.<br/>Mobilisasi peserta berlangsung sekitar 90 menit. Advanced dan anak perlap masih sibuk 60 menit setelahnya untuk memobilisasi barang-barang. Gue kali ini tidak dilarang ikutan.<br/><br/><strong>[Jumat tengah malam hingga Minggu siang. Lokasi]</strong><br/>Acara psycamp selama 3 hari dibuka dengan aksi advanced mendirikan satu tenda pleton. Tenda itu sempat mereka dirikan namun tiang tengahnya patah sehingga terpaksa mereka rubuhkan lagi. Setelah tiang penggantinya datang bersama peserta barulah, tenda itu bisa didirikan lagi.<br/>Kegiatan psycamp tahun itu berlangsung di tengah hujan lebat. Setiap hari hujan turun lebat mulai pukul 3 siang hingga 5 sore, dan gerimis dimulai lagi pukul 7 hingga tengah malam. Untungnya hal itu tidak kegiatan. Salut gue sama anak acaranya: gemala dan kawan-kawan, thanks berat!<br/>Hujan membuat anak acara harus memutar otak memodifikasi jadwal. Jurit malam ditiadakan. Kegiatan lebih difokuskan ke dalam tenda. Entah apa yang merasuki para anak acara sehingga mereka bisa berkreasi dengan lancarnya. Mulai dari chopstick, tebak-tebakan foto, nyanyi bareng, cerita-cerita garing.... asli, mereka hebat banget. Kerja keras anak acara tidak percuma. Semangat para peserta tetap tinggi. Api unggun yang diiring gerimis tetap dikerumuni dengan antusias. Anak 2003 tetap bersemangat menyumbangkan pertunjukan musik yang keren abis.<br/>Kerja keras mereka juga tidak membuat hasil kerja para humas sia-sia. Berkat humas yang cerewet, banyak angkatan bangkot yang dateng. Bukan itu aja, angkatan gue sendiri aja, yang ga suka kemping, berhasil diajak ikut. Angkatan bangkot banyak yang dateng sabtu malam. Kehadiran mereka kurang lebih memberikan dorongan untuk para peserta untuk tetap bersemangat. Gimana enggak. Di tengah hujan deras, mereka malah asik bikin shelter di dekat api unggun trus duduk main-main gitar sambil teriak-teriak. Masak kalah sih ama yang tua?<br/>Jurit malam yang ditiadakan langsung digantikan dengan latihan YELL GUYS!. Sekitar 4 jam latihan itu berlangsung. Dari 2003 terpilih Rendi sebagai jendral dan Faya sebagai jendrilnya. Latihan selesai sekitar jam 2 pagi, langsung disambung ama makan kambing guling dan cerita-cerita serta nyanyi-nyanyi ampe pagi. Gue milih untuk tidur... mencari kehangatan.<br/>Minggu paginya, mas ito dan mas budi datang. Gimana ga seneng, coba?<br/>Setelah makan siang, kami langsung beres-beres dan foto-foto. Abis itu langsung mobilisasi ke desa. Baksos diadakan sesuai rencana, yaitu menjelang kepulangan dengan pemikiran agar kegiatan bisa fokus di lokasi psycamp mengingat jaraknya yang jauh dari desa. Selesai baksos dan ramah tamah dengan para penduduk desa, rombongan pun melaju menuju depok.<br/>Advanced memilih tinggal untuk menunggu kedatangan tronton barang.<br/><br/><strong>[Minggu sore. Sagalaherang - Depok]</strong><br/>Sampai di spbu depan tol purwakarta, anom mengabarkan bahwa tronton barang tidak berangkat. Spontan, efi dan gue memutuskan untuk mengosongkan satu tronton yang ada saat itu. Para penghuninya disebar ke tiga tronton lainnya. Lalu, bersama dengan anom, tronton itu diberangkatkan kembali untuk menjemput advanced dan barang-barang.<br/>30 menit setelah keberangkatan anom, tiga tronton sisanya berangkat ke depok.<br/><br/><strong>[Minggu, sekitar pukul 9 malam. Parkiran psiko]</strong><br/>Peserta tiba dengan selamat.<br/>Setelah ucapan terima kasih dari efi, kegiatan psycamp ditutup dengan hymne psikologi dan YELL GUYS!.<br/><br/>"3 jam setelahnya"<br/>Anom dan advanced masuk di parkiran psiko. Dengan dibantu anak-anak yang masih ada di kantin, barang-barang dimobilisasi ke gudang psycamp.<br/>Abis itu, anom, efi, gue, dan advanced kumpul lagi di parkiran. Nyanyiin lagi hymne psikologi dan... andra pun maju... YEEEEEELLLL GUUUUUUUUYS!!!<br/>Pertama dan terakhir kalinya gue melakukan yell guys sambil nangis.<br/><br/>******************************************************<br/><br/>catatan:<br/>proses persiapan psycamp tahun 2003 membuat gue ngerti banyak tentang sejarah psycamp, apa dan mengapanya. gue juga jadi tahu banyak soal perpolitikan kampus saat itu, pergerakan-pergerakan tai di dalamnya.. membuat gue yakin untuk kukuh menjadi oposan senat.<br/><br/>many thanks to:<br/>1. anom, PJ transport<br/>2. para senior yang dateng hari rabu ke lokasi untuk bantuin advanced: vemmy, andrie daniel, jambrong, bang pe, dll<br/>3. anak-anak acara: gemala, dkk<br/>4. anak-anak humas: bob, dkk<br/>5. sc tercinta: wiwit dan moko<br/>6. tim perlap: unyil o2... sendirian lho<br/>7. Efi, sang PO<br/>8. tim advanced paling tangguh yang pernah gue lihat: dipan o1, anes o1, andra o1, alfin o1, dexon 00, jefri o2, bram o2, adi o2, freda o1, geni kki o1, tewe o1, pangeran kki 00/eks 04 [.. siapa lagi ya?]<br/><br/>Untuk cerita lengkap pengalaman advancednya, bisa liat di LPJ psycamp 2003. Dipan bercerita banyak di situ. Atau langsung minta filenya di dipan [kalo masih ada].Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/01031524203285461909noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2690578722720530499.post-65753893405433891422008-11-04T20:48:00.000+07:002011-09-06T13:55:03.486+07:00Psy lo cho gy [pengalaman psycamp #2: 2002]Hampir sejam lamanya kami duduk di depan warung yang sudah tutup sejak sore tadi. Dengan hanya berbekal senter dan sarung, kami duduk menunggu peserta psycamp yang kabarnya sudah sejak maghrib berangkat dari kampus.. itu berarti 4 jam yang lalu.<br/>Berbagai kekhawatiran muncul di benak kami masing-masing, diiringi dengan argumen-argumen defensif demi menunjukkan bahwa kami masih optimis. Tiba-tiba, terdengar raungan mesin dan sorot lampu mobil dari kejauhan. Sorotnya terlalu sedikit untuk ukuran rombongan tronton. Tak lama kemudian, muncul lah sosok pemilik soot lampu itu. Hardtop milik jambrong yang diikuti satu tronton.<a name='more'></a><br/>"Tronton yang lain nolak untuk masuk," kata bagonk yang sejak dua jam lalu turun menunggu peserta di masjid gaul bersama bimo, "mereka nunggu di belokan warung."<br/>Tanpa menunggu perintah dexon--PJ advanced saat itu--kami langsung menurunkan isi tronton yang saat itu datang. Ada beberapa orang peserta di dalamnya. Andra, atau anes mengantarkan mereka ke lokasi perkemahan. Sementara yang lainnya, naik ke tronton untuk ikut ke tempat tronton peserta lainnya menunggu.<br/>Sampai di tempat tronton yang lain berhenti, dexon segera berbicara dengan para sopir tronton-tronton itu. Sementara kami segera meminta para peserta untuk kembali kepada kelompok trontonnya masing-masing. Setelah mengetahui bahwa para sopir tadi menolak untuk terus naik dengan alasan tidak areanya tidak mungkin untuk ditembus, kami segera meminta peserta untuk mengeluarkan barang-barang mereka dari tronton. Tai lah para sopir itu... sok ngeluarin alasan teknis. Bilang aja ga berani. Titik! Kalo gitu kita juga bakal ngerti.<br/>Sementara barang-barang keperluan panitia, seperti konsumsi dan peralatan masak, dibawa ke lokasi dengan memanfaatkan mobilnya jambrong, pada peserta diantar dengan berjalan kaki. Lumayan dekat kok. Ada sekitar 2 kilometer dari titik perhentian tronton BLE'E tadi. Kurang lebih seperti berjalan dari psiko ke mesjid ui pake lingkar luar, trus belok kiri, lurus, trus belok kanan di pertigaan sastra, sampe di ujung belok kiri dan tempuh lagi lingkar luar ampe psiko. Dekat kan?!<br/>Rombongan peserta terakhir tiba di lokasi bersamaan dengan terbitnya matahari. Mungkin memang tidak sempat istirahat, tapi kan mereka bisa langsung sarapan! Cukup menguntungkan dibanding peserta lain yang harus menunggu lama untuk dapat sarapan, saking lamanya sehingga bisa sampe tidur.<br/>Singkat cerita, karena insiden tronton tadi ada beberapa kegiatan yang dibatalkan untuk memberikan kesempatan beristirahat bagi para peserta. Kegiatan baru berjalan sekitar pukul 9 pagi. Ada acara role play yang kemudian dilanjutkan dengan makan siang dan baksos. Tahun itu saya memilih untuk tidur dan tidak ikut baksos.<br/><br/>Ada satu peristiwa yang lucu bagi gue. Ketika gue berjalan dari dapur sehabis mengambil jatah makan siang, gue mendengar ada peserta yang mengeluhkan betapa tidak enaknya makanan. Ketika gue tanya ga enak apanya, dia jawab ga enak karena ga jelas bentuknya. Ga jelas? Ga jelas apanya ya? Ada nasi, nugget, tahu, sayur, kering tempe. Dan semuanya memiliki bentuk yang berbeda. Lalu kalo soal rasa? Well honestly, untuk seminggu terakhir itu adalah makanan terenak yang pernah gue dapet. Dari segi rasa maupun bentuknya! Mulai dari nasi hingga lauknya. Nasinya jelas-jelas nasi, tidak lagi rancu antara beras dan nasi. <strong>Jelas bukan lagi nasi liwat</strong>. Andai para peserta tahu makanan seperti apa saja yang beberapa hari terakhir ini kami rasakan, tentunya mereka akan sangat menikmati makanan siang itu dengan lahap.<br/><br/>Pulang baksos, peserta memiliki waktu luang yang sangaaaaattt panjang. Anehnya, tidak ada yang mengisi waktu luang itu dengan tidur. Mereka berkumpul di tengah lapangan, tepatnya di batu besar yang sejak hari ke-2 advanced pengen gue ledakin lantaran gemes! Melihat itu, gue turun dari perkampungan advanced untuk ikut bergabung duduk-duduk di batu besar itu. Banyak yang nongkrong di situ. Mulai dari pakde [80an ya] ampe adi'02. Yang dikerjain di situ juga banyak, bengong bareng, tidur-tiduran bareng, nyanyi bareng, tebak-tebakan bareng, tapi ga ada yang mandi bareng.<br/>Menjelang sore, para angkatan baru dikumpulin untuk briefing singkat mengenai jurit malam. Abis briefing, mereka makan malam. Sementara mereka briefing dan malan malam, gue beserta advanced lainnya sibuk nyiapin kambing buat diguling.<br/>Jurit malam pun dimulai. Gue ga beranjak dari lokasi. Tahun itu, dipan, alfin, andra, anes, dan gue bertanggung jawab terhadap kambing guling. Anes yang ga tahan dengan kambing, lebih sering berada di tenda daripada di dekat-dekat kambing. Alfin juga sering ilang. Yang bertahan bertiga doang, ditemani bagong ama bimo.<br/>Para peserta jurit malam sudah berdatangan. Kambin gguling belum juga selesai.. pastinya dong, kalo uda selesai itu pasti beli deh, bukan bakar sendiri! Sampai akhirnya peserta dikumpulkan semua untuk latihan YELL GUYS!, kambing baru setengah matang. Sambil mengipas-ngipas bara, gue ngeliatin anak 2002 yang serius banget teriak-teriak, ngeliatin andra dan westy yang tahun itu memulai debutnya sebagai jendral. Kambing pun matang. Langsung dibawa ke dapur buat dipotong-potong. Ketika sedang memotong kambing yang kedua, terdengar teriakan-teriakan anak 2002 yang menandakan bahwa latian sebentar lagi akan selesai. Mereka sedang masuk sesi pemilihan jendral-jendril.<br/>Satu per satu anak 2002 diuji coba kekuatan teriakannya. Satu persatu mereka melakukan YELL GUYS!. Sampai tibalah pada giliran si manusia botak yang katanya mirip striker perancis. Pemuda ini... ya, dia cowok... sebut saja namanya hans [bukan nama sebenarnya], melakukan blunder yang bisa dibilang melegenda. Dengan ekspresi serius, hans mengeluarkan suara lantang: "psi, psy , ......" teriakannya nampak sempurna di awal, namun kemudian ".... psyLOCHOgy!!"<br/>Kontan semua yang ada di situ tertawa. Tertawa mendengar teriakannya, tertawa melihat tampang plongonya yang kebingungan. Blundernya itu tentu membuat dia lantas dicoret dari daftar calon jendral dengan segera. Dicoret, ditipek, dan segera dilupakan namanya sebagai calon jendral.<br/>Setelah pemilihan yang alot, sealot para pelatihnya, latihan YELL GUYS! menghasilkan dita si toa sebagai jendral sekaligus jendril untuk angkatan 2002. Dilihat dari fisiknya [kecuali tampang ya] kayaknya ga akan ada yang percaya dia mampu jadi jendral. Tapi ketika melihat tampangnya ditambah mendengar gelegar suaranya, ga akan heran deh kenapa angkatan 2002 cuma punya satu jendral.<br/>Jam 5 pagi pun kambing mulai digelar dan dibagikan. Anes, seperti tahun sebelumnya, memilih untuk hanya diam duduk. Dia alergi kambing. Jam 6.30 pagi angkatan non-2002 berkumpul di dekat tungku api unggun. Gitar pun mulai dibunyikan, dari intronya jelas lagu apa yang akan dinyanyikan: Kopi Seember. Tidak sampe 30 menit, anak 2002 sudah menyiapkan kopi seember di dekat tungku api unggun. Aahhh... nikmatnya. Ini adalah kali pertama gue merasakan kopi seember bukan sebagai anak baru. Nikmat, walo rasanya ga karuan.<br/>Siang hari tiba, saatnya beres-beres. Westy, selaku PJ perlengkapan, mempercayakan beres-beres ke advanced. Dexon, selaku PJ advanced, menyerahkan tangggung jawabnya ke gue karena gue adalah perlapnya advanced. Sial!<br/><br/>Kalo gue ingat-ingat, barly adalah orang yang bertanggung jawab kenapa gue menjadi perlap advanced--posisi yang kemudian mempengaruhi keberadaan gue di kampus. Dengan ringannya, barly ngangkat jarinya untuk nunjuk gue sambil ngomong, "mon, lu perlap advanced!" Ga ada yang berani membantah, termasuk dexon, lantaran tahun sebelumnya dia lah yang jadi perlap advanced.<br/>Kalo gue pikir-pikir, jabatan tersebut membuat gue jadi kecanduan di bidang perlap. Gimana enggak? Tanggung jawab lu ga sebesar PJ bidang apapun bahkan PO tapi lu bisa belajar banyak tentang tugas mereka, uda gitu hubungan mereka dengan pemegang jabatan itu layaknya simbiosis mutualisme... berani ngasih gue perintah dan mau nurut kalo gue kasih perintah balik. Enak. Walo ada sedikit rasa penyesalan juga sih, terutama karena jabatan itu membuat gue punya attachment yang kuat sama peralatan psycamp. Gue sering merasa sedih dan sempat juga nangis ngeliat kondisi barang-barang peralatan psycamp yang tergelak gitu aja di gudang senat, ga ada yang ngurusin apalagi para penghuni ruang senat yang selalu bersikeras mengklaim itu adalah barang milik senat. Well... it happens every year. Ngumpulin duit banyak-banyak, ubeg-ubeg pasar dari pagi, dapet tuh barang, belajar cara pakenya, trus beberapa bulan kemudian jadi rongsokan ato uda ga jelas di mana rimbanya setelah dipake buat acara lain oleh senat.. tahun depannya, ngumpulin duit lagi banyak-banyak buat beli barang yang sama. Yeah.. it happens every year. Fuck, man! Jangan mentang-mentang kampus kita ada banyak kucing, terus kita ikut-ikutan jadi kayak kucing yang ga pernah belajar dari kesalahan.<br/><br/>Seperti sudah menjadi kebiasaan, beres-beres selalu ditutup dengan foto-foto bersama. Seusai sesi foto, gue membagi jatah barang yang musti dibawa oleh masing-masing kelompok tronton.<br/>Pulang!<br/><br/>*************************<br/><br/>1. Beberapa hari kemudian, pas menata peralatan di gudang senat, gue tidak berhasil menemukan flying-sheets yang barly dan gue pake buat atap dapur. Sampai detik ini gue ga pernah tahu di mana barang itu berada.<br/>2. Tahun ini adalah pertama kalinya gue ikut advanced. Ikut sibuk survey psycamp [sebenarnya catatan nomor 2 ini aslinya lebih bercerita mengenai pengalaman advancednya, tapi biar ga terlalu subjektif gue cut aja bagian advancednya].<br/>3. Dari lima orang advanced 2001: dipan, alfin, andra, anes, dan gue; sebelum kerja bareng di advanced, kami tidak tergabung dalam peer yang sama dan bahkan kami peerless. Setelah advanced tahun itu, kami tetap ga pernah bareng gabung satu peer hingga kini. Ga sudi!Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/01031524203285461909noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2690578722720530499.post-9169978697678812242008-11-02T10:39:00.000+07:002011-09-06T13:55:03.486+07:00YEEEEEEELL GUUUUUUUUUYS....!!!! [pengalaman psycamp #1: 2001]Jam 9 malam lewat. Akhirnya sampai juga kami di tempat tujuan. Subang. Sagalaherang.<br/>Gelap. Satu-satunya sumber cahaya hanyalah lampu sorot dari 5 tronton yang mengantarkan kami ke tempat ini [well yeah.. itu berarti ada 5 sumber cahaya ya?].<br/>Segera setelah mengambil tas kami masing-masing, penanggung jawab tronton langsung membariskan kami di pinggir tronton. Satu per satu, senter mulai menyorot kemana-mana.<br/>"Oke, sekarang kita akan menuju lokasi. Masing-masing kelompok akan dipandu satu orang advanced. Jangan lepas dari barisan yaaaa...," teriak seorang cowok yang entah siapa gue ga kenal namanya.<a name='more'></a><br/>Agak lama kelompok kami menunggu giliran untuk berjalan. Kami adalah kelompok tronton 3, kalo gue ga salah ingat. Masing-masing tronton dihuni oleh sekitar 20 mahasiswa, dari berbagai angkatan. Dari angkatan gue sendiri ada 7-10 orang, lalu ada angkatan 2000, '99, 'dan '98. Saat itu, angkatan gue adalah angkatan baru di psikologi, jadinya pasti lebih banyak jumlahnya dari pada jumlah tiap-tiap angkatan yang lebih tua.<br/>"Mon, lu bawa ini ya," entah siapa gue lupa berteriak di samping barisan kelompok kami, "hati-hati, jangan rusak. Kalo ga, kita ga makan ntar."<br/>Gue berjalan ke arah buntelan karung goni yang ditunjuk. Kol dan berbagai macam jenis sayuran, paling banyak sih kol. Tidak terlalu berat juga untungnya.<br/>Akhirnya giliran kelompok kami yang berjalan. Menapaki jalan mendaki yang rada berbatu. Aku tidak bisa melihat sekelilingku, terlalu gelap. Lima menit berjalan, kami berbelok ke arah kiri meninggalkan jalan setapak tadi dan mulai memasuki hutan.Tidak lama juga kami berjalan di hutan yang dipenuhi bambu itu. Keluar hutan kami disambut oleh pemandangan sawah di malam hari. Terlihat jelas siluet orang-orangan sawah dan beberapa saung di kejauhan. Wow..!<br/>Terdengar suara raungan genset. Tampaknya lokasi kemping sudah dekat. Sekitar 10 menit kami berjalan menyusuri sawah-sawah itu dan akhirnya tiba juga di lokasi.<br/>Kalo ga salah ada 3 tenda empat tiang, 1 tenda 3 tiang, dan 1 pondok bambu. Lampu neon menyala terang. Ada 2 lampu di masing-masing tenda. Sangat terang benderang untuk ukuran kemping [setidaknya berdasarkan pengalaman gue sebelumnya].<br/>"Selamat datang. Yang cowok di tenda pinggir sana, yang cewek di tenda yang di tengah. Silahkan cari tempat masing-masing aja ya," kata advanced yang memandu kami.<br/>Tenda cowok berada di dataran yang miring. Sangat miring. Terus terang, bukan tempat yang nyaman untuk ditiduri...tadinya gue mikir gitu, tapi taunya tetap aja bisa tidur. Kalo ga percaya, tanya aja boyo dan seto!<br/>Setelah mengistirahatkan kaki beberapa menit, gue bersama beberapa cowok 2001 yang lain menghampiri tenda cewek. Lalu duduk di depan tenda mereka... ya iyalah, lu ga boleh masuk ke tenda cewek.<br/>Sisa malam itu gue habiskan dengan ngobrol di depan tenda cewek bareng anes, moko, mega, karin, ciput, dan entah siapa lagi.<br/><br/>Memperhatikan barang-barang yang ada di tenda cewek membuat gue terpana. Macam-macam isinya. Barang yang gue ga pernah sangka akan gue liat di tenda kemping, ada di situ: koper tarik dan high heels. Hancur berantakan konsep kemping gue.<br/>Tapi setidaknya nongkrong di tenda cewek membuat lu ga akan kelaparan. Banyak banget snack yang mereka bawa. Lu cuma modal duduk sambil ngobrol uda dapet makanan, syukur gue bisa mijit jadi bisa dapet lebih.<br/><br/>Jam 5 pagi, mario, anak '98 yang ga pernah pasang senyum, tiba-tiba teriak pake toa sambil duduk di panggung kayu kecil di depan depan tenda cewek.<br/>"Woy....! Gue punya tebakan. Agamanya ikan apa ayo?"<br/>Semua terdiam.<br/>Satu persatu mulai kelar dari tenda, ikut nongkrong di depan tenda cewek.<br/>Semua masih terdiam.<br/>"Agamanya ikan tuh katolik. Kan ada ikan paus!"<br/>Semua ketawa kencang. Mario terus memberikan tebakan garing sampe akhirnya ada yang bermain gitar. Sesi menyanyi pagi hari dimulai.<br/>Kegiatan di hari Sabtu itu berjalan sangat seru. Asli seru banget. Abis sarapan, angkatan baru dikumpulin terus dibagi 6 kelompok. Masing-masing kelompok dikasih tugas nyari orang di angkatan tua dengan ciri-ciri tertentu. Misalnya: cari yang ketauan bawa rexona pas ospek. Lu ubeg2 dah tuh seluruh tenda, nanya ke siapa yang ada dengan catatan lu musti kenalan dulu ama yang orang yang pengen lu tanyain. Hasilnya, lu kenal deh sama yang ikut-ikut psycamp, mulai dari yang masih kuliah sampe yang taunya uda lulus bertahun-tahun yang lalu.<br/>Terus baksos deh. Jalan keluar dari lokasi menuju desa. Gue waktu itu bantuin pasar murah, jadi tim keamanan bareng ama lukas, anes, boyo, ami. Rame abis. Yang dijual tuh baju, celana, selimut, ama tau deh apa lagi. Jualan ludes semua. Laris manis! Abis itu, foto2 bareng ama warga. Belakangan gue tahu bahwa uang hasil pasar murah itu diserahkan kembali untuk pembangunan desa itu.<br/>Abis baksos, balik lagi ke lokasi. Makan siang. Terus nyanyi-nyanyi lagi di depan tenda cewek bareng mario, danti, ama tau deh siapa lagi.. banyak banget! Sesi nyanyi siang itu temanya lagu-lagu balairung: rayuan pulau kelapa, pahlawan muda.. you name it, we've sang it!<br/><br/>Lokasi kempingnya ternyata kalo lu liat di hari terang keren banget. Ada tebing tinggi di pinggir kanan, sungai di kiri dan depan, trus ada hutan di belakang. Pondok bambu yang gue liat tadi malam, taunya dapur. Di sungai sendiri ada 2 bilik bambu yang letaknya berjauhan. Yang satu kamar mandi, satu lagi kakus. Di antara dapur ama tenda cewek ada satu galian yang taunya adalah tungku api unggun. Gue ga perhatiin ada api unggun tadi malam. Ya iyalah... asik ngobrol [ehem!]<br/><br/>Tau-tau uda mulai gelap. Angkatan baru dikumpulin lagi, masih dalam kelompok tadi siang. Kami dibriefing buat jurit malam. Setiap kelompok diharuskan mencari 2 orang dari angkatan tua buat jadi pemandu. Kelar briefing, makan malam deh.<br/>Jurit malam dilaksanakan mulai jam 9. Tiga kelompok jalan bergiliran hutan, tiga yang lain bergiliran ke arah seberang sungai. Kelompok gue jalan ke seberang sungai. Ada 5 pos resmi dan 1 pos bayangan. Tiap pos tuh kegiatannya beda, mulai dari nebak nama, tebakan garing, sampe kenalan ama angkatan yang uda bangkotan [ini sih kayaknya gara-gara mereka tetap mau eksis aja... peace, bang...hehehe].<br/>Kelompok gue tiba lagi di lokasi jam 11. Kelompok yang terakhir. Istirahat bentar, trus dikumpulin lagi di depan tenda cewek. Berdiri di depan kami tuh ada lisa [lu angkatan berapa, lis?], emilio '99], aryo ['00], alis [angkatan berapa ya?], dan siapa lagi ya gue lupa. Belakangan gue tahu bahwa yang berdiri di depan adalah para jendral-jendril dari setiap angkatan.<br/>Kali ini kami dikenalkan dan belajar untuk bisa melakukan YELL GUYS!, yell yang menjadi spirit psikologi.. ga ada tuh di fakultas lain. Kalo ada mah palingan juga cuma "hip, hip, hore!" ato "yo yo yo!". Ga ada deh yang sekeren YELL GUYS!.<br/>Belajar YELL GUYS! itu kayak tai. Teriakannya musti satu nada. Gue ingat banget si moko sampe disamperin lisa gara2 teriakannya sumbang, terus disuruh lantunin doremifasol kenceng-kenceng.<br/>Ada kali 2 jam kami teriak-teriak. Sampe akhirnya jendral-jendril itu puas. Tapi sesi YELL GUYS! belum kelar. Masih ada pemilihan jendral dan jendril buat angkatan kami. Prosesnya memakan waktu yang juga luamyan lama. Setelah melewati beberapa tahap, terpilihlah andra dan westi.<br/><br/>Ternyata, sementara angkatan baru belajar YELL GUYS!, para advanced sibuk bakar kambing di api unggun. 2 ekor, bos! Cukup banget buat semua. Begitu sesi YELL GUYS! kelar, kambing guling langsung tersedia. Lengkap dengan kecapnya.<br/>Anak-anak angkatan tua dengan sigap langsung maju ke dapur, sementara sebagian besar angkatan gue berjalan ke tenda menyusul boyo dan seto yang uda tidur sejak latian YELL GUYS!. Yang gue ingat, cuma alfin, dipan, moko, ama gue yang bertahan melek di depan tenda cewek sambil sesekali ke dapur ngambil jatah kambing.<br/>Jam 6 pagi, mario mulai berkoar-koar lagi dengan toanya. Bersatu dengan angkatan tua lainnya mario mulai nyanyi buat angkatan gue. Lagunya cuma satu dan diulang-ulang: kopi seember. Dari lagunya jelas kalo angkatan tua minta dibikinin kopi seember. Beneran seember. Mereka baru ganti lagu setelah tuh kopi seember benar-benar selesai dibuat. Mencret-mencret dah tuh mereka.<br/><br/>Ga kerasa, uda siang. Mulailah kami beres-beres. Mulai dari beresin tas sendiri, sampe melipat rapi tuh tenda-tenda pleton. Abis itu foto-foto deh, tentunya!<br/><br/>Pulang.<br/><br/>Sampe di kampus tuh sekitar jam 9 malam. Kami kumpul di lapangan parkir, bikin lingkaran gede trus doa bareng. Abis itu mulai deh nyanyi "Hymne Psikologi", yang tentunya kemudian disambung dengan: YEEEEELLL GUUUUUUYYS....!!!!<br/>"Psi, psy, psy, psy, cho, cho, cho, psycho! Lo, lo, lo, gy, gy, gy, logy! PSYCHOLOGY, Yeaaahhh!!!"<br/><br/>********<br/><br/>[ada banyak detail yang ga ter-retrieve dari memory gue soal psycamp '01. entah emang gue lupa, ato emang gue ga mau tulis. yang pasti, gue jadi banyak kenal sama anak-anak angkatan tua, dan ga cuma sekadar kenal. setelah psycamp, kami jadi sering ngobrol dan becanda bareng. dan tau kalo ternyata mario tuh adalah makhluk tergaring di psiko, setelah pakde tentunya!]Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/01031524203285461909noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2690578722720530499.post-74969546028449087862008-10-31T15:29:00.000+07:002011-09-06T13:55:03.487+07:00Merokok: Sebuah Pilihan yang Dipelajari<strong>A. Latar Belakang</strong><br/><br/>Merokok, bagi subjek, bukanlah sesuatu yang baru. Memang, ia baru merokok sekitar satu tahun yang lalu, yaitu sekitar bulan Juni 2007. Akan tetapi, sejak kecil ia berada di lingkungan perokok. Di rumah, beberapa pamannya serta kakak kandungnya adalah seorang perokok. Di luar rumah, sebagian besar teman-teman akrabnya, baik di SMU maupun kuliah, juga adalah perokok. Bisa dikatakan bahwa setiap hari subjek selalu berada di sekitar perokok. Walaupun setiap hari terpapar lingkungan merokok, subjek bisa bertahan untuk tidak merokok.<em><a name='more'></a></em><br/>Setelah bertahun-tahun bisa bertahan tidak merokok , akhirnya subjek memutuskan untuk merokok. Keputusan tersebut diambilnya ketika ia sedang bekerja sebagai salah satu staf lapangan untuk kegiatan kuliah kerja lapangan dari fakultasnya yang diadakan di daerah Tasikmalaya. Saat itu, tekanan kerja serta beban pikiran adalah dua alasan yang melatarbelakangi keputusannya itu. Hari itu ia merasa harus siaga 24 jam sebab hari itu adalah hari pertama persiapan sebelum peserta datang, dan ia adalah staf yang bertanggung jawab terhadap segala kegiatan persiapan di hari itu. Laporan kegiatan harian yang musti dibuat, rencana kegiatan keesokan harinya, dan menunggu staf lapangan yang datang menyusul adalah salah satu tekanan kerja yang ia rasakan saat itu.<br/>Selain tekanan kerja, subjek juga memiliki beban pikiran yang membuatnya susah untuk fokus pada kegiatannya. Di beberapa hari belakangan, hubungan pribadi dengan pasangannya sedang memanas. Ia mencurigai pasangannya berselingkuh, dan kecurigaannya itu baru ia diskusikan beberapa jam sebelum subjek berangkat. Tekanan kerja yang dirasanya berat ditambah beban pikiran membuat subjek tidak bisa bekerja dengan baik.<br/>Sadar bahwa ketidakmampuannya untuk bekerja dengan baik karena faktor pikiran, subjek merasa perlu ada pengalihan pikirannya untuk sementara. Hal yang biasa ia lakukan adalah bermain <em>minesweeper</em>, salah satu aplikasi permainan yang ada di komputer. Akan tetapi, karena biasanya ia larut dalam permainan itu hingga berjam-jam, subjek memutuskan untuk tidak melakukannya. Masih sibuk berusaha mencari pengalihan pikirannya, subjek melihat dua batang rokok yang ditinggalkan oleh temannya, lengkap dengan korek. Setelah lama berpikir, subjek segera mengambil sebatang, menaruhnya di bibir, dan segera menyulutnya serta menghisapnya.<br/>Kegiatan merokoknya itu bertahan selama ia berada di Tasikmalaya. Ketika pulang, ia sempat berhenti merokok sekitar 10 hari sebelum akhirnya ia merokok lagi hingga saat ini. <br/><br/><br/><strong>B. Pembahasan</strong><br/><br/> Sebuah keputusan, menurut Harrison (1997), adalah sebuah hal yang mengindikasikan adanya komitmen individu yang bersangkutan untuk bertindak. Lebih lanjut, Harrison mengatakan bahwa komitmen tersebut dibuat setelah melakukan berbagai pertimbangan atas pilihan-pilihan solusi yang tersedia atas sebuah masalah. Jungermann (2000) berpendapat bahwa dalam membuat suatu keputusan, individu yang bersangkutan melakukan proses pemilihan alternatif-alternatif solusi. Proses pengambilan keputusan itu sendiri, menurut Jungermann, terdiri atas 3 tahap, yaitu mengidentifikasi masalah, yang kemudian dilanjutkan dengan tahap kedua, yaitu menghadirkan berbagai alternatif solusi terhadap masalah tersebut. Sedangkan tahap yang ketiga adalah memilih salah satu di antara alternatif solusi tadi untuk dijalankan.<br/>Memilih di antara dua atau lebih alternatif solusi merupakan hal yang menjadi penekanan dalam pengambilan keputusan. Berdasarkan beberapa penelitian mengenai pengambilan keputusan yang dibacanya, Berryman (2007) mengatakan bahwa sebuah keputusan diperoleh dari serangkaian tahapan yang di dalam setiap tahapannya terdapat sebuah feedback dan penilaian (<em>judgement</em>). Oleh karena itulah, dalam upaya memutuskan sesuatu, individu sering kali membuat pertimbangan-pertimbangan tertentu terhadap alternatif-alternatif solusi yang tersedia.<br/>Proses seperti itulah yang juga dialami oleh subjek sebelum akhirnya memutuskan untuk merokok. Awalnya, subjek menyadari permasalahan yang ia hadapi, yaitu tidak bisa bekerja dengan baik. Permasalahan itu diindikasikan dengan tidak mampunya ia berkonsentrasi untuk menyusun laporan kegiatan harian dan rencana kegiatan untuk esok hari. Setelah menyadari permasalahan yang dihadapinya, subjek mencari berbagai alternatif solusi yang bisa membantunya untuk lepas dari masalah tersebut. Ada 3 alternatif solusi yang berhasil ia dapatkan: tidur, bermain <em>minesweeper</em>, dan merokok. Pilihan pertama adalah solusi yang biasanya ia lakukan bila waktu untuk menyelesaikan masalahnya masih tersisa sangat banyak, sehingga ia memilih untuk beristirahat sejenak agar dapat kembali fokus. Pilihan kedua adalah solusi yang paling sering ia lakukan ketika berhadapan dengan masalah serupa dan waktu yang ia miliki tidaklah tersisa banyak. Dengan bermain minesweeper, subjek merasa dapat dengan cepat kembali memfokuskan pikirannya. Sedangkan pilihan yang ketiga, yaitu merokok, adalah alternatif solusi yang baru bagi dirinya karena ia sama sekali belum pernah merokok. Sebenarnya merokok sudah sering menjadi alternatif solusi dalam menyelesaikan masalahnya, akan tetapi belum pernah sekalipun ia memutuskan untuk merokok.<br/>Seperti apa yang dijelaskan di atas, sebelum akhirnya memutuskan, subjek melakukan penilaian terhadap ketiga alternatif solusi yang ia pikirkan. Ia melakukan penimbangan-penimbangan tertentu terhadap masing-masing alternatif. Adapun penilaian yang ia lakukan didasarkan atas ketersediaan waktu, efektifitas solusi dalam menyelesaikan masalah, dan penilaian dari rekan-rekan kerja atas hasil yang hasil yang dicapai. Melalui penilaian ketersediaan waktu, alternatif solusi yang pertama, tidur, tidak dipilih karena membutuhkan waktu yang relatif lebih lama dibandingkan kedua alternatif solusi yang lain. Alternatif solusi yang kedua, bermain minesweeper, sebenarnya juga dipandang akan memakan memakan waktu yang lama, akan tetapi karena alternatif merokok adalah sesuatu yang belum pernah dicoba, maka subjek dengan tidak segera membuang alternatif solusi yang kedua tersebut. Akan tetapi, ketika subjek merasa bahwa bermain minesweeper tidak akan efektif untuk penyelesaian masalahnya, ia pun tanpa ragu mengambil sebatang rokok dan segera menyulut serta menghisapnya dalam-dalam.<br/>Perlu disadari bahwa lingkungan, situasi sosial, dan karakter individual juga ikut berpengaruh terhadap keputusan yang diambil oleh individu (Borlan, dkk., 2003). Demikian juga halnya dalam menjelaskan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh subjek. Subjek berada di lingkungan para perokok, sehingga sadar maupun tidak sadar ia mempelajari banyak hal mengenai tingkah laku para perokok. Jika dilihat lebih lanjut, bisa dikatakan bahwa lingkungan memberikan andil yang besar dalam keputusan subjek untuk merokok. Beberapa paman dan kakaknya adalah perokok, teman-teman akrabnya mulai dari SMU hingga kuliah adalah perokok, serta pacarnya (sekarang mantan) adalah seorang perokok. Akers dan Lee (dalam Lee & Nofziger, 2006) berpendapat bahwa interaksi langsung significant others merupakan cara yang paling utama bagi seorang individu untuk mempelajari tingkah laku tertentu. Pembelajaran tersebut disebut differential associations (Burgess & Akers; Akers & Lee dalam Lee & Nofziger, 2006). Sehubungan dengan merokok, pembelajaran inilah yang paling konsisten berhubungan dengan tingkah laku merokok (Lee & Nofziger, 2006).<br/>Mengenai situasi sosial, subjek menerangkan bahwa ia tidak ragu untuk merokok karena ia mengetahui bahwa orang-orang di sekitarnya tidak akan memiliki penilaian yang negatif terhadap dirinya jika ia merokok, bahkan mereka tidak akan memberikan tanggapan apa pun. Sedangkan dari sisi karakter individual, subjek adalah orang yang tidak ragu untuk melakukan sesuatu yang baru. Ketiga hal itulah yang berpengaruh pada diri subjek saat itu, sehingga ia tidak ragu memutuskan untuk merokok walaupun ia belum pernah sekalipun melakukannya.<br/>Sebenarnya, jika dibandingkan dengan dua alternatif lainnya, merokok merupakan sesuatu yan belum pernah dilakukannya. Ditambah lagi alternatif kedua, yaitu bermain <em>minesweeper</em>, adalah solusi yang biasa ia ambil dalam menangani masalah yang serupa. Akan tetapi, tampaknya tingkah laku bermain minesweeper belum memiliki asosiasi yang kuat dengan masalah yang bersangkutan. Bahkan, ketersediaan waktu yang menjadi pertimbangan utama tidak lantas membuat subjek secara otomatis memilih melakukan tingkah laku tersebut. Adapun tekana waktu sebenarnya adalah faktor yang turut memicu seorang individu untuk memilih melakukan tingkah laku yang sudah menjadi kebiasaannya (Betsch, dkk dalam Betsch, Haberstroh, dan Hohle, 2002). Lebih lanjut Betsch, dkk mengatakan bahwa seorang individu akan terpicu untuk melakukan tingkah laku yang berbeda dari biasanya apabila ia mempersepsikan ada yang berbeda pada masalah yang dihadapinya. Hal yang dipersepsikan baru oleh subjek dalam masalahnya kali ini adalah apa yang beban pikirannya, yaitu mengenai perselingkuhan pasangannya. Beban pikirannya itu membuat dia merasa bahwa kedua pilihan yang lain tidak dapat membantunya menyelesaikan masalah dengan cepat. Ia sendiri memang juga tidak punya pengalaman apakah merokok dapat membantu meringankan beban pikirannya sekaligus menyelesaikan masalahnya. Akan tetapi, karena merasa yakin bahwa kedua alternatif lainnya tidak akan membantu, ditambah belajar dari pengalaman teman-temannya yang merokok, ia memilih merokok sebagai solusi atas permasalahannya. <br/><br/><br/><strong>C. Kesimpulan</strong><br/><br/>Dalam memahami keputusan subjek untuk merokok, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Merokok merupakan suatu tingkah laku yang dipelajari secara sosial (Lee & Nofziger, 2006), sehingga dalam proses pengambilan keputusan tentunya pengaruh dari <em>significant others</em>—saudara, teman akrab, pacar—juga turut mengambil peran pada diri subjek. Dari <em>significant others</em>-nya itulah subjek belajar mengenai tingkah laku merokok.<br/>Ada tiga tahap yang dilalui subjek dalam pengambilan keputusannya, sesuai dengan pendapat yang dilontarkan oleh Jungermann (2000). Adapaun ketiga tahapan itu adalah mengidentifikasi masalah, mencari alternatif-alternatif solusi bagi permasalahan tersebut, dan memilih salah satu alternatif solusi untuk dilaksanakan. Dalam upaya memilih satu dari alternatif-alternatif yang ia pikirkan, subjek mengambil 2 hal sebagai bahan pertimbangan, yaitu ketersediaan waktu dan beban pikirannya mengenai perselingkuhan pasangannya. Pertimbangan yang kedua merupakan hal yang baru dalam permasalahannya. Apabila hal tersebut tidak ada, kemungkinan besar subjek akan memilih bermain minesweeper sebagai solusi permasalahannya. Akan tetapi keberadaan beban pikirannya itu membuat subjek tidak merasa yakin bahwa bermain <em>minesweeper</em>, sesuatu yang biasa ia lakukan sebagai solusi permasalahan yang serupa, tidak akan membantunya dalam menangani masalahnya.<br/>Merokok akhirnya dipilih subjek sebagai solusi walaupun ia belum pernah memiliki pengalaman dalam soal merokok. Hal tersebut ia lakukan karena ia tidak yakin bahwa kedua alternati solusi lainnya akan membantunya. Di lain pihak, balajar dari pengalaman teman-temannya yang merokok, ia tampak memiliki keyakinan bahwa merokok akan menjadi solusi yang efektif bagi permasalahannya. Oleh karena itulah, ia memilih untuk merokok.<br/><br/><br/><strong>Referensi</strong><br/><br/>Berryman, J. M. (2007). Judgements duirng information seeking: a naturalistic approach to understanding the assessment of enough information. Dalam <em>Journal of Information Science, 34, 2, 196-206</em>. Diunduh dari http://jis.sagepub.com tanggal 22 Oktober 2008.<br/>Betsch, T., Haberstroh, S., dan Hohle, C. (2002) Explaining routinized decision making: a review of theories and models. <em>Dalam Theory and Psychology, 12, 4, 453-488</em>. Diunduh dari http://tap.sagepub.com tanggal 23 Oktober 2008.<br/>Borlan, R., dkk. (2000). Youth culture and smoking: integrating social group processes and individual cognitive processes in a model of health-related behaviours. Dalam <em>Journal of Health Psychology, 8, 3, 291-306</em>. Diunduh dari http://hpq.sagepub.com tanggal 28 Oktober 2008.<br/>Harrison, E. F. (1999). <em>The Managerial Decision Making(5th ed.)</em>. Boston: Houghton Mifflin.<br/>Jungermann, H. (2000). The two camps on rationality. Dalam T. Connolly et al. (eds), <em>Judgment and Decision Making: an Interdisciplinary Reader (2nd edition), 575-591</em> . Cambridge: Cambridge University Press.<br/>Lee, Hye-Ryeon dan Nofziger, S. (2006). Differential associations and daily smoking of adolescents: independently influence the importance of same sex individual’s intension/decision models. Dalam <em>Youth & Society, 37, 4, 453-478</em>. Diunduh dari http://yas.sagepub.com tanggal 28 Oktober 2008.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/01031524203285461909noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2690578722720530499.post-27379079446673242442008-10-25T07:13:00.000+07:002011-09-06T13:55:03.487+07:00Pengganti UTS Filsafat<p class="MsoNormal" style="text-indent:-.25in;text-align:justify;margin:0 0 0 .25in;"><span style="font-family:"" lang="SV"><span><span style="font-size:small;">1.</span><span style="font:7pt ""> </span></span></span><span style="font-size:small;"><span style="text-decoration:underline;"><span style="font-family:"" lang="SV">Sebutkan beberapa</span></span><span style="font-family:"" lang="SV"> karakteristik dari ”empirisme” dalam sains yang membedakannya dari non sains.</span></span></p><br/><p class="MsoNormal" style="text-align:justify;margin:0;"><span style="font-family:"" lang="SV"><span style="font-size:small;"> </span></span></p><br/><p class="MsoNormal" style="text-align:justify;margin:0 0 0 .25in;"><span style="font-family:"" lang="SV"><span style="font-size:small;">Sains [atau ilmu pengetahuan] memiliki pengertian sebagai sebuah usaha untuk memahami fenomena alam yang terjadi di dalam kehidupan sehari-hari, untuk kemudian dapat menjelaskan segala hal yang berhubungan dengan fenomena tersebut—baik penyebab maupun yang disebabkannya—sehingga bisa digunakan juga untuk memprediksi apa yang akan terjadi di kemudian hari.</span></span></p><em><a name='more'></a></em><br/><p class="MsoNormal" style="text-align:justify;margin:0 0 0 .25in;"><span style="font-size:small;"><span style="font-family:"" lang="SV">Salah satu tokoh filsafat ilmu pengetahuan, yaitu Karl Popper, mengatakan bahwa sains adalah segala sesuatu yang bersifat empiris. </span><span style="font-family:"">Apabila mengacu kepada pendapat Popper tersebut, saya berpendapat bahwa, dengan</span><span style="font-family:"" lang="SV"> sifat empiri</span><span style="font-family:"">snya</span><span style="font-family:"" lang="SV">, sains memiliki karakteristik sebagai berikut:</span></span></p><br/><p class="MsoNormal" style="text-align:justify;margin:0 0 0 .25in;"><span style="font-family:"" lang="SV"><span style="font-size:small;">1. Tabula rasa, dalam artian bahwa pemerolehan pengetahuan dalam sains diawali tanpa ada praduga apapun sebelumnya [tabula rasa: <em>blank sate]</em>.</span></span></p><br/><p class="MsoNormal" style="text-align:justify;margin:0 0 0 .25in;"><span style="font-family:"" lang="SV"><span style="font-size:small;">2. Pengetahuan di salam sains diperoleh melalui pengalaman. Pengalaman yang dimaksud di sini mengacu kepada pengalaman inderawi, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan dalam sains merupakan hasil dari observasi maupun eksperimen terhadap suatu gejala maupun fenomena alam yang terjadi di dalam kehidupan sehari-hari.</span></span></p><br/><p class="MsoNormal" style="text-align:justify;margin:0 0 0 .25in;"><span style="font-family:"" lang="SV"><span style="font-size:small;">3. Untuk gejala maupun fenomena yang tidak dapat diobservasi, pengetahuan yang diperoleh merupakan hasil dari uji falsifikasi terhadap opini atau pendapat yang ada terhadap fenomena tersebut.</span></span></p><br/><p class="MsoNormal" style="text-align:justify;margin:0 0 0 .25in;"><span style="font-family:"" lang="SV"><span style="font-size:small;">4. Merupakan pola umum dari pengalaman manusia. Pengetahuan di dalam sains merupakan penjelasan mengenai <em>law of nature</em>, pola umum dari pengalaman manusia terhadap fenomena tertentu, sehingga kemudian dapat digunakan untuk memprediksi fenomena yang serupa di kemudian hari.</span></span></p><br/><p class="MsoNormal" style="text-align:justify;margin:0 0 0 .25in;"><span style="font-family:"" lang="SV"><span style="font-size:small;">5. Memiliki objektivitas ilmiah, dalam artian bahwa dalam sains ada pemisahan yang jelas antara fakta dengan opini, antara hal yang bisa diuji kebenarannya dengan hal-hal atau nilai-nilai yang bersifat subjektif.</span></span></p><br/><p class="MsoNormal" style="text-align:justify;margin:0;"><span style="font-size:10pt;font-family:"" lang="SV"> </span></p><br/><p class="MsoNormal" style="text-align:justify;margin:0 0 0 .25in;"><span style="font-family:"" lang="SV"><span style="font-size:small;"> </span></span></p><br/><p class="MsoNormal" style="text-indent:-.25in;text-align:justify;margin:0 0 0 .25in;"><span style="font-family:"" lang="SV"><span><span style="font-size:small;">2.</span><span style="font:7pt ""> </span></span></span><span style="font-family:"" lang="SV"><span style="font-size:small;">Apa maksudnya <span style="text-decoration:underline;">metode eksplanasi</span> (explanation = erklaren) dan apakah perbedaannya dengan metode pemahaman (understanding = vertehen)?</span></span></p><br/><p class="MsoNormal" style="text-align:justify;margin:0;"><span style="font-family:"" lang="SV"><span style="font-size:small;"> </span></span></p><br/><p class="MsoNormal" style="text-align:justify;margin:0 0 0 .25in;"><span style="font-size:small;"><span style="font-family:"" lang="SV">Metode eksplanasi merupakan metode yang digunakan untuk mendapatkan jawaban atau penjelasan yang memuaskan dari pertanyaan ’</span><span style="font-family:"">mengapa</span><span style="font-family:"" lang="SV">’. Dalam menjelaskan suatu fenomena, metode ini menggunakan pendekatan deduktif, yaitu berangkat dari fakta-fakta spesifik untuk kemudian menghasilkan kesimpulan yang umum. Contohnya, baju Lucky basah karena terkena hujan. Kesimpulan ini diperoleh <strong>setelah</strong> ada fakta bahwa hari itu Lucky terguyur hujan, sedangkan kita semua tahu bahwa hujan di Indonesia berupa air, dan benda yang terkena air pasti basah—kecuali jika ada lapisan lilinnya, sedangkan baju Lucky tidak ada lapisan lilinnya: jadi wajarlah bila baju Lucky basah karena terguyur hujan.</span></span></p><br/><p class="MsoNormal" style="text-align:justify;margin:0 0 0 .25in;"><span style="font-size:small;"><span style="font-family:"" lang="SV">Dalam </span><span style="font-family:"">teorinya, </span><em><span style="font-family:"" lang="SV">covering law of model explanation</span></em><span style="font-family:"" lang="SV">, Hempel menegaskan bahwa argumen yang terdapat pada suatu penjelasan ilmiah haruslah memiliki struktur yang </span><span style="font-family:"">logis</span><span style="font-family:"" lang="SV">, yaitu terdiri atas premis-premis dan konklusi yang memiliki relasi satu sama lain. Yang perlu untuk diingat adalah bahwa premis-premis tersbeut haruslah terbukti kebenarannya, dan setidaknya salah satu di antara mereka adalah teori/hukum yang berlaku secara umum. Hal tersebut memberikan gambaran bahwa dalam metode eksplanasi, pengetahuan diperoleh melalui usaha menjelaskan peristiwa tertentu dengan menggunakan teori yang berkaitan dengan peristiwa tersebut.</span></span></p><br/><p class="MsoNormal" style="text-align:justify;margin:0 0 0 .25in;"><span style="font-size:small;"><span style="font-family:"" lang="SV">Berbeda dengan metode eksplanasi yang berusaha menjelaskan suatu peristiwa dengan menggunakan fenomena alam yang berlaku secara umum, metode pemahaman berusaha menjelaskannya dengan menggunakan sudut pandang si subjek. Dalam contoh yang sama, yaitu baju Lucky basah karena terkena hujan, dengan menggunakan metode pemahaman [<em>ingat: ini hanya untuk contoh</em>] kita pertama kali berusaha untuk mengetahui pengalaman individual Lucky dengan hujan; setelah diwawancarai, diketahui bahwa ternyata Lucky </span><span style="font-family:"">adalah individu yang sangat senang berhujan-hujan</span><span style="font-family:"" lang="SV">; <span> </span>maka sebagai hasilnya tidaklah heran jika kemudian kita menemukan Lucky dengan bajunya yang basah ketika hari sedang hujan.</span></span></p><br/><p class="MsoNormal" style="text-align:justify;margin:0;"><span style="font-family:"" lang="SV"><span style="font-size:small;"> </span></span></p><br/><p class="MsoNormal" style="text-align:justify;margin:0;"><span style="font-family:"" lang="SV"><span style="font-size:small;"> </span></span></p><br/><p class="MsoNormal" style="text-indent:-.25in;text-align:justify;margin:0 0 0 .25in;"><span style="font-family:"" lang="SV"><span><span style="font-size:small;">3.</span><span style="font:7pt ""> </span></span></span><span style="font-family:"" lang="SV"><span style="font-size:small;">Kita sudah membahas ”lingkaran empiris” sebagai satu ’metode’ untuk merancang penelitian. Coba berikan <span style="text-decoration:underline;">penerapan</span> dari metode itu dalam ’kasus’ yang diangkat dari bidang ilmu psikologi terapan.</span></span></p><br/><p class="MsoNormal" style="text-align:justify;margin:0;"><span style="font-family:"" lang="SV"><span style="font-size:small;"> </span></span></p><br/><p class="MsoNormal" style="text-align:justify;margin:0 0 0 .25in;"><span style="font-family:"" lang="SV"><span style="font-size:small;">Sebagaimana diketahui, segala sesuatu yang bersifat empiris menekankan pengalaman inderawi. Dengan kata lain, observasi menjadi langkah awalnya. Begitu pula dalam ’lingkaran empiris’ yang digunakan sebagai salah satu metode dalam merancang penelitian. Ketika menggunakan metode tersebut, kita mengawali penelitian dari observasi, dengan kata lain penelitian disusun atas hasil observasi terhadap suatu peristiwa. Baru kemudian, dengan dibantu teori-teori yang berkaitan, dibangunlah sebuah hipotesa mengenai peristiwa tersebut. Hipotesa itu kemudian diuji kebenaranya, baik melalui observasi maupun eksperimen, untuk memperoleh penjelasan mengenai peristiwa yang bersangkutan.</span></span></p><br/><p class="MsoNormal" style="text-align:justify;margin:0 0 0 .25in;"><span style="font-family:"" lang="SV"><span style="font-size:small;">Contohnya: atlit yang dengan mudah menang jika bertanding di kandang sendiri [pertandingan kandang] namun dengan mudah pula kalah jika bertanding di kandang lawan [pertandingan tandang]. Mengenai peristiwa ini ada teori ”Social Facilitation” yang kurang lebih menyatakan bahwa dukungan dari <em>significant others</em>, baik itu keluarga, teman, maupun suporter mampu membangkitkan semangat seseorang untuk memberikan penampilan yang terbaik. Hal ini kemudian dicoba untuk dibuktikan, apakah memang benar <em>social facilitation</em> terjadi pada atlit. Pembuktian tersebut dilakukan dengan dua membagi sekumpulan atlit ke dalam 2 kelompok. Keduanya melakukan pertandingan 2 kali, kandang dan tandang. Kelompok yang pertama melakukan kedua pertandingan tersebut tanpa ada suporter, sedangkan kelompok yang kedua dengan adanya suporter. Dari uji coba tersebut diperoleh hasil bahwa kelompok atlit yang pertama kalah dalam kedua pertandingannya, sedangkan kelompok atlit yang kedua memperoleh kemenangan untuk kedua pertandingan yang dilakukannya. Dari hasil uji coba tersebut diperoleh kesimpulan bahwa <em>social facilitation</em> terjadi pada atlit.</span></span></p><br/><p class="MsoNormal" style="text-align:justify;margin:0;"><span style="font-family:"" lang="SV"><span style="font-size:small;"> </span></span></p><br/><p class="MsoNormal" style="text-align:justify;margin:0;"><span style="font-family:"" lang="SV"><span style="font-size:small;"> </span></span></p><br/><p class="MsoNormal" style="text-indent:-.25in;text-align:justify;margin:0 0 0 .25in;"><span style="font-family:"" lang="SV"><span><span style="font-size:small;">4.</span><span style="font:7pt ""> </span></span></span><span style="font-family:"" lang="SV"><span style="font-size:small;">Jelaskan pikiran utama dari <span style="text-decoration:underline;">positivisme</span> dan <span style="text-decoration:underline;">kritik</span> Karl Popper terhadapnya.</span></span></p><br/><p class="MsoNormal" style="text-align:justify;margin:0;"><span style="font-family:"" lang="SV"><span style="font-size:small;"> </span></span></p><br/><p class="MsoNormal" style="text-align:justify;margin:0 0 0 .25in;"><span style="font-size:small;"><span style="font-family:"" lang="SV">Positivisme merupakan </span><span style="font-family:"">cabang ilmu filsafat yang berpendapat bahwa pengetahuan disusun berdasarkan data empiris—diperoleh dari pengalaman inderawi. Dari sudut pandang pemikiran positivisme, ilmu pengetahuan bisa baru diperoleh apabila pengujian terhadap hipotesa maupun teorinya dilakukan melalui metode ilmiah yang terstandardisasi. Dengan demikian, segala hal yang masih bersifat spekulasi ditolak untuk disebut ilmu pengetahuan.</span></span></p><br/><p class="MsoNormal" style="text-align:justify;margin:0 0 0 .25in;"><span style="font-family:""><span style="font-size:small;">Jika dilihat lebih lanjut, sudut pandang positivisme berpendapat bahwa ilmu pengetahuan pada dasarnya berawal dan berakhir pada data. Sebuah hipotesa bisa dibangun apabila ada data, yang tentunya merupakan hasil dari pengalaman inderawi—observasi, misalnya. Kemudian hipotesa itu diuji, yang kemudian menghasilkan data baru sebagai kesimpulan yang<span> </span>lalu bisa dijadikan teori baru. Pemikiran inilah yang dikritik oleh Karl Popper. Dia berpendapat bahwa titik berat ilmu pengetahuan bukanlah terletak pada data yang terkait di dalamnya, melainkan pada proposisi-proposisi ilmiah di dalamnya.</span></span></p><br/><p class="MsoNormal" style="text-align:justify;margin:0 0 0 .25in;"><span style="font-family:""><span style="font-size:small;">Keterikatan pemikiran positivisme pada data empiris menyebabkannya memiliki sifat induktif dalam proses penyimpulan. Penyimpulan secara induktif, menurut Popper, kuranglah tepat untuk dijadikan sebagai patokan proses pemerolehan ilmu pengetahuan. Kesimpulan bahwa ‘semua gula rasanya manis’ tidaklah tepat jika dihasilkan karena setiap merk gula yang kita temui memiliki rasa manis, sebab hanya mengandalkan data empiris. Mengacu kepada Popper, kesimpulan tersebut akan dapat digagalkan apabila suatu ketika ditemukan SATU merk gula yang rasanya tidak manis. Oleh karena itu, suatu kesimpulan bisa diperoleh apabila hipotesa yang ada di belakangnya <strong>tidak terbukti salah</strong>—bukan semata-mata karena hipotesa itu didukung oleh data empiris atau fakta yang terjadi di lapangan. Metode pengujian tersebut dikenal dengan sebutan metode falsifikasi, yaitu mencoba membuktikan kebenaran suatu hipotesa dengan cara membuktikan kesalahannya. Apabila kesalahannya tidak terbukti, maka hipotesa tersebut benar.</span></span></p><br/><p class="MsoNormal" style="text-align:justify;margin:0 0 0 .25in;"><span style="font-size:small;"><span style="font-family:"">Berdasarkan penjelasan di atas, saya bisa berpendapat bahwa Popper tidak menolak pemikiran positivisme bahwa ilmu pengetahuan diperoleh melalui pengalaman empiris, yang ditolaknya adalah pola pemikiran positivisme yang terlalu induktivistik.</span><span style="color:red;font-family:"" lang="SV"></span></span></p><br/><p class="MsoNormal" style="text-align:justify;margin:0;"><span style="color:red;font-family:""><span style="font-size:small;"> </span></span></p><br/><p class="MsoNormal" style="text-align:justify;margin:0;"><span style="color:red;font-family:""><span style="font-size:small;"> </span></span></p><br/><p class="MsoNormal" style="text-indent:-.25in;text-align:justify;margin:0 0 0 .25in;"><span style="font-family:"" lang="SV"><span><span style="font-size:small;">5.</span><span style="font:7pt ""> </span></span></span><span style="font-family:"" lang="SV"><span style="font-size:small;">Jelaskan pikiran Carl Hempel dan bagaimana dia menjelaskan tugas ilmu pengetahuan dan langkah-langkah yang diambil dalam proses menjelaskan ’explanandum’.</span></span></p><br/><p class="MsoNormal" style="text-align:justify;margin:0;"><span style="font-family:""><span style="font-size:small;"> </span></span></p><br/><p class="MsoNormal" style="text-align:justify;margin:0 0 0 .25in;"><span style="font-family:""><span style="font-size:small;">Menurut fungsinya yang utama, ilmu pengetahuan bertugas memberikan penjelasan atas fenomena yang terjadi di dalam kehidupan sehari-hari. Hal itulah yang kemudian melandasi pemikiran Carl Hempel. Ia berpendapat bahwa berdasarkan fungsinya, ilmu pengetahuan bertanggung jawab dalam memberikan penjelasan ilmiah, atau dengan kata lain menyediakan jawaban yang memuaskan atas pertanyaan ‘mengapa’. </span></span></p><br/><p class="MsoNormal" style="text-align:justify;margin:0 0 0 .25in;"><span style="font-family:""><span style="font-size:small;">Menurut Hempel, suatu jawaban atas pertanyaan ‘mengapa’ akan baru bisa disebut sebagai penjelasan ilmiah apabila ia memiliki struktur yang logis dalam argumennya, yaitu terdiri atas premis-premis dan kesimpulan yang memiliki relasi satu sama lain. Kesimpulan yang ada di dalamnya merupakan fenomena yang perlu dijelaskan [<em>explanandum</em>], sedangkan premis-premisnya adalah fakta yang bisa digunakan untuk mendukung kesimpulan tersebut [<em>explanans</em>].</span></span></p><br/><p class="MsoNormal" style="text-align:justify;margin:0 0 0 .25in;"><span style="font-family:""><span style="font-size:small;">Dalam menjelaskan <em>explanandum</em>, Hempel menjelaskan, ada tiga langkah yang harus dipatuhi:</span></span></p><br/><br/><ol style="margin-top:0;" type="1"><br/> <li class="MsoNormal"><span style="font-family:""><span style="font-size:small;">Menyusun sebuah argumen deduktif, yang terdiri dari premis-premis yang diikuti oleh kesimpulan;</span></span></li><br/> <li class="MsoNormal"><span style="font-family:""><span style="font-size:small;">Memastikan bahwa semua premis tersebut benar adanya;</span></span></li><br/> <li class="MsoNormal"><span style="font-family:""><span style="font-size:small;">Memastikan bahwa setidaknya salah satu dari premis-premis tersebut merupakan teori/hukum yang berlaku secara umum, <em>general law</em>.</span></span></li><br/></ol><br/><p class="MsoNormal" style="text-align:justify;margin:0 0 0 .25in;"><span style="font-family:""><span style="font-size:small;">Dari penjelasannya di atas, terlihat bahwa suatu fenomena dapat dijelaskan dengan menyelidiki hukum umum yang berkaitan dengannya. Alasan inilah yang menyebabkan mengapa pemikiran Carl Popper mengenai ilmu pengetahuan dikenal dengan sebutan “Covering Law of Modeling Explanation”.<span> </span></span></span></p><br/><p class="MsoNormal" style="text-align:justify;margin:0;"><span style="font-family:"" lang="SV"><span style="font-size:small;"> </span></span></p><br/><p class="MsoNormal" style="text-align:justify;margin:0;"><span style="font-family:"" lang="SV"><span style="font-size:small;"> </span></span></p><br/><p class="MsoNormal" style="text-indent:-.25in;text-align:justify;margin:0 0 0 .25in;"><span style="font-family:"" lang="SV"><span><span style="font-size:small;">6.</span><span style="font:7pt ""> </span></span></span><span style="font-family:"" lang="SV"><span style="font-size:small;">Apa itu......</span></span></p><br/><p class="MsoNormal" style="text-indent:-.25in;text-align:justify;margin:0 0 0 .5in;"><span style="font-family:"" lang="SV"><span><span style="font-size:small;">a.</span><span style="font:7pt ""> </span></span></span><span style="font-family:"" lang="SV"><span style="font-size:small;">metode falsifikasi</span></span></p><br/><p class="MsoNormal" style="text-align:justify;margin:0 0 0 1in;"><span style="font-family:"" lang="SV"><span style="font-size:small;"> </span></span></p><br/><p class="MsoNormal" style="text-align:justify;margin:0 0 0 .25in;"><span style="font-size:small;"><span style="font-family:"" lang="SV">Metode falsifikasi merupakan metode yang digunakan untuk membuktikan kesahihan suatu teori dengan cara mencoba membuktikan kesalahan dari teori tersebut. Misalkan ada teori yang mengatakan bahwa semua bola itu bulat; untuk membuktikan kesahihannya dengan metode falsifikasi adalah dengan cara mencari bola yang tidak bulat, apabila ditemukan ada </span><span style="font-family:"">SATU</span><span style="font-family:"" lang="SV"> bola yang tidak bulat maka teori tersebut tidak benar, begitu pula sebaliknya.</span></span></p><br/><p class="MsoNormal" style="text-align:justify;margin:0;"><span style="font-family:"" lang="SV"><span style="font-size:small;"> </span></span></p><br/><p class="MsoNormal" style="text-align:justify;margin:0;"><span style="font-family:"" lang="SV"><span style="font-size:small;"> </span></span></p><br/><p class="MsoNormal" style="text-indent:-.25in;text-align:justify;margin:0 0 0 .5in;"><span style="font-family:"" lang="SV"><span><span style="font-size:small;">b.</span><span style="font:7pt ""> </span></span></span><span style="font-family:"" lang="SV"><span style="font-size:small;">Verifikasi</span></span></p><br/><p class="MsoNormal" style="text-align:justify;margin:0 0 0 1in;"><span style="font-family:"" lang="SV"><span style="font-size:small;"> </span></span></p><br/><p class="MsoNormal" style="text-align:justify;margin:0 0 0 .25in;"><span style="font-size:small;"><span style="font-family:"" lang="SV">Verifikasi merupakan metode pembuktian terhadap suatu teori yang dilakukan dengan cara </span><span style="font-family:"">membandingkannya dengan fakta empiris</span><span style="font-family:"" lang="SV">.</span><span style="font-family:""> Misalnya, kita menyimpulkan bahwa es itu dingin karena, hingga detik ini, setiap kali kita memegang es, telapak tangan kita kedinginan.</span></span></p><br/><p class="MsoNormal" style="text-align:justify;margin:0 0 0 .25in;"><span style="font-family:"" lang="SV"><span style="font-size:small;"> </span></span></p><br/><p class="MsoNormal" style="text-align:justify;margin:0;"><span style="font-family:"" lang="SV"><span style="font-size:small;"> </span></span></p><br/><p class="MsoNormal" style="text-indent:-.25in;text-align:justify;margin:0 0 0 .5in;"><span style="font-family:"" lang="SV"><span><span style="font-size:small;">c.</span><span style="font:7pt ""> </span></span></span><span style="font-family:"" lang="SV"><span style="font-size:small;">’context of justification’</span></span></p><br/><p class="MsoNormal" style="text-align:justify;margin:0 0 0 1in;"><span style="font-family:"" lang="SV"><span style="font-size:small;"> </span></span></p><br/><p class="MsoNormal" style="text-align:justify;margin:0 0 0 .25in;"><span style="font-size:small;"><span style="font-family:"" lang="SV">Frase <em>context of justification</em> mengacu kepada penekanan tujuan dari </span><span style="font-family:"">proses</span><span style="font-family:"" lang="SV"> pengujian terhadap suatu hipotesa maupun teori yang ada. Berbeda dengan <em>context of discovery</em> yang mengacu kepada proses pembentukan suatu hipotesa maupun teori, <em>context of justification</em> tidak pernah peduli bagaimana hipotesa maupun teori tersebut terbentuk sebab hal tersebut bisa terjadi melalui berbagai cara sehingga sifatnya lebih subjektif. <em>Context of justification</em>, yang menjadi </span><span style="font-family:"">penekanan</span><span style="font-family:"" lang="SV"> kaum positivistik, lebih peduli kepada </span><span style="font-family:"">proses </span><span style="font-family:"" lang="SV">pengujian terhadap hipotesa atau teori itu, sebab dengan begitulah</span><span style="font-family:"" lang="SV"> </span><span style="font-family:"" lang="SV">suatu ilmu pengetahuan </span><span style="font-family:"">bisa dipastikan ke-objektif-an dan ke-rasionalitas-an-nya</span><span style="font-family:"" lang="SV">.</span></span></p><br/><p class="MsoNormal" style="text-align:justify;margin:0;"><span style="font-family:"" lang="SV"><span style="font-size:small;"> </span></span></p>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/01031524203285461909noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2690578722720530499.post-68398823335324608032008-10-15T23:21:00.000+07:002011-09-06T14:06:39.740+07:00mo punya kepercayaan aja kok sulit ya?Sabtu malam lalu, 11 Oktober, tempat ibadah aliran kepercayaan Sapta Dharma yang ada di Sleman diserang. Oleh siapa? Can you read my mind? Yap! FPI. Tempat ibadah tersebut dirusak dan simbol-simbol ajaran kepercayaan itu diturunkan dari dinding.<a name='more'></a><br/><br/>Sapta Dharma merupakan salah satu aliran kepercayaan yang diakui di Indonesia. Aliran yang berasal dari tanah Jawa ini berkembang tahun 1952 setelah Hardjosaputro [yang kemudian bergelar Sri Gutomo] menerima wahyu di daerah Kediri. Hingga saat ini, ajaran Sapta Dharma sudah tersebar luas hingga ke 23 propinsi.<br/>Inti dari aliran Sapta Dharma adalah penggalian budi pekerti luhur, dalam artian menumbuhkan pikiran, sikap, dan perilaku yang berbudi luhur. Di dalam ajarannya--sesuai dengan arti namanya--terangkum tujuh hal yang berkaitan dengan kewajiban suci: sifat manusia, pembagian alam, penyembahan, bersekutu dengan Tuhan, hening, racut, dan ulah rasa. Kalau mau dirangkum lagi, hakekat ajaran Sapta Dharma sebenarnya adalah menyelaraskan kehidupan manusia dengan sesama, alam sekitar, dan Yang Maha Kuasa.<br/>Penganut kepercayaan Sapta Dharma mendasarkan semua tindakannya sebagai sebuah ibadah. Walaupun demikian, mereka tetap mengenal adanya ibadah utama, yaitu ibadah yang wajib dilakukan, antara lain:<br/>1. Sujud: ibadah menyembah Tuhan, setidaknya sekali sehari;<br/>2. Racut: ibadah menyembah menghadapnya Roh Suci nanusia kepada Sang Pencipta;<br/>3. Ening: semadi, mengikhlaskan diri pada Sang Pencipta;<br/>4. Ulah rasa: proses relaksasi setelah beraktivitas.<br/>Dalam melakukan ibadah penyembahan Tuhan, seseorang bisa melakukan Sujud hingga berjam-jam. Tidak ada patokan tertentu, semua berdasarkan 'getaran' yang dirasakan tiap-tiap individu.<br/><br/>Sujud itulah yang kemudian dijadikan alasan penyerangan FPI Sabtu malam lalu. Bentuk Sujud yang dilakukan oleh penganut Sapta Dharma dikatakan telah menodai ajaran Islam--terutama karena arahnya ke timur, bukan ke kiblat.<br/><br/>Menurut gue, tindakan FPI itu lagi-lagi menunjukkan ketidakmampuan mereka untuk terbuka dan tidak melihat segala sesuatunya dengan kacamata kuda. Alasan yang mereka miliki sehingga berani-beraninya menuntut Sapta Dharma dibubarkan sangat konyol dan tidak logis [baca: tidak masuk akal]. Kenapa? Ya jelaslah... Sapta Dharma itu bukan agama [by its definition yah], dan dia bukan Islam. Karena dia bukan Islam,kenapa kemudian bisa dibilang menodai agama Islam? Wajarlah jika bentuk Sujud mereka berbeda dengan sujud shalat di agama Islam, kan dia bukan Islam.<br/><br/>Gue makin merasa aneh terhadap FPI, dengan segala tindak-tanduknya. Awalnya, gue menyangka kelompok tersebut diisi oleh orang-orang yang emang ga bisa berpikir [baca: bodoh-bodoh] tapi ternyata enggak juga. Banyak di antara mereka yang mengenyam pendidikan tinggi. Terus kemana aja ilmu yang uda dipelajari?<br/>Kalo soal yang terakhir itu, jadi teringat diskusi di kelas CML FK yang gue pegang. Salah satu kelompok [6 orang] mempertanyakan soal 'sudah cukupkah pendidikan nilai keagamaan yang ada di Indonesia?' Semua berpendapat sama, yaitu TIDAK. Kenapa? Karena yang diberikan cuma teori doang. Soal 'apa'nya doang. Sedangkan 'kenapa', 'dan bagaimana'nya enggak [mau] disentuh. Wajarlah jika kemudian ada kelompok-kelompok kekanak-kanakan kayak FPI.<br/><br/>Kejadian ini membuat gue makin ragu akan pendidikan agama, juga dengan kebebasan berkepercayaan di Indonesia.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/01031524203285461909noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2690578722720530499.post-91153934474352413582008-10-12T00:39:00.000+07:002011-09-06T13:55:03.487+07:00fiuh...!dia sudah aku beri tahu.<br/><br/>lama dia berpikir...<br/>menatapku...<br/>perlahan kurasakan dia meredup.<br/><br/>terlambat untuk menyesali.<br/><br/>lama dia berpikir...<br/>menatapku.<br/><br/>perlahan aku tertunduk.<br/>m a a f.<br/><br/>tiba-tiba dia menghembuskan napas panjang...<br/>perlahan dia kembali bersinar.<br/>sangat pelan.<br/><br/>terasa jiwanya membelai kepalaku.<br/><br/>lega.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/01031524203285461909noreply@blogger.com2