Beberapa hari yang lalu, terdengar kabar bahwa di pihak Rektorat UI ada wacana mengenai pembatasan penggunaan akses intenet. Wacana yang nyaring terdengar adalah, sebagai imbas pembatasan tersebut, salah satu situs jejaring sosial [social network] yaitu Facebook akan di-ban. Atau dengan kalimat lain, akses ke Facebook akan ditutup di lingkungan UI.
Alasan dibalik ditutupnya akses ke Facebook cukup berisi:[1] mahasiswa lebih sering membuka situs tersebut daripada situs artikel-artikel atau jurnal-jurnal online, [2] banyaknya akses ke Facebook memakan kuota bandwith yang sangat banyak sehingga berpotensial [dan sudah] memperlambat akses internet di lingkungan UI.
Alasan yang pertama sangat masuk akal. Lagipula, setelah membaca beberapa artikel mengenai rendahnya nilai-nilai kuliah para mahasiswa yang sibuk ber-facebook-an ria [klik ini atau yang ini untuk baca], alasan tersebut membuat UI terlihat sangat peduli terhadap kualitas para mahasiswanya. Akan tetapi, yang kemudian patut dipertanyakan adalah: apakah dengan menutup akses ke facebook lantas membuat frekuensi para mahasiswa mengunjungi jurnal-jurnal online meningkat? Apakah dengan tidak mengunjungi facebook lantas nilai-nilai para mahasiswa akan meningkat?
Seperti yang disampaikan oleh Karpinski [dalam Grabmeier, 2009], Facebook hanyalah sebagai suatu 'tempat' pelarian para mahasiswa yang enggan/malas kuliah, sehingga andaikata akses ke sana ditutup -- atau bahkan bila Facebook dihapuskan-- para mahasiswa itu akan mencari 'tempat' pelarian yang lain. Memang, ada hubungannya antara menurunnya nilai mahasiswa dengan frekuensi mengunjungi Facebook, namun masih terlalu dini untuk kemudian menyimpulkan bahwa nilai-nilai mahasiswa tersebut menurun karena mereka terlalu sering mengunjungi Facebook, masih ada banyak faktor-faktor lain yang juga tentunya berpengaruh: kepribadian, misalnya.
Argumen yang serupa juga berlaku untuk pertanyaan "apakah dengan menutup akses ke Facebook lantas mahasiswa akan sering mengunjungi jurnal-jurnal online?" Walaupun, menurut hemat saya, tidaklah pada tempatnya menaruh situs jurnal online dan Facebook untuk diperbandingkan. Seperti membandingkan perpustakaan dan kantin. Perpustakaan merupakan tempat yang akan dikunjungi para mahasiswa bila mereka perlu mencari buku. Sedangkan kantin merupakan tempat bersosialisasi. Apakah lantas karena kantin lebih sering dikunjungi daripada perpustakaan kemudian kantin ditutup? Kantin ditutup pun belum tentu mahasiswa lantas ke perpustakaan. Mereka akan pindah ke taman, selasar gedung, atau bahkan mall. Apakah lantas kemudian ingin menutup semua tempat bersosialisasi? Tentu suatu tindakan yang konyol. Bukankah lebih bijak jika kemudian memanfaatkan kantin sebagai tempat untuk meningkatkan gairah mahasiswa untuk belajar? Bukankah lebih bijak jika memanfaatkan tempat bersosialisasi itu untuk memancing minat mahasiswa ke perpustakaan? Dosen-dosen ikut makan di kantin mahasiswa, ikut ngobrol, berdiskusi dengan mahasiswa. Ini pernah [dan masih] saya rasakan di kantin Psikologi UI [ingat, saya adalah mahasiswa di sana].
Alasan kedua yang dilontarkan oleh UI bagi saya seharusnya dipergunakan UI untuk memanfaatkan Facebook sebagai media komunikasi dengan para mahasiswa, staff, dan alumni. Bukan lantas dipergunakan untuk menutup akses ke Facebook. Sementara itu, UI juga lebih baik memperbaiki penampilan platform profile.ui.ac.id agar para mahasiswa dan dosen berminat untuk mengunjunginya, dan bukan hanya karena ingin mengubah password juita saja.
Demikian tulisan singkat saya.
Tulisan yang lebih panjang sedang saya susun untuk dimasukkan sebagai tugas UTS yang hingga kini belum saya masukkan.. maaf, Pak....
referensi:
Grabmeier, J. [20090. Study finds link between Facebook use, lower grades in college. http://researchnews.osu.edu/archieve/facebookusers.htm
2 comments:
ada Twitter noh, Plurk, dan lain-lain.
tinggal tunggu aja sampe semua jejaring sosial diblok dan dilarang beredar di UI pada jam kerja (kisaran 8.00 - 17.00 WIB)
Ada alternatif, bagaimana jika facebook digunakan untuk sharing informasi jurnal, bisa didorong dengan kebijakan kampus, kampanye positif, dll, jadi bukan/tidak hanya dengan menolak perkembangan teknologi, namun beradaptasi dengannya :D
Post a Comment