Wednesday, December 28, 2011

Apa Kabar, Batman?

Apa kabarnya si Batman ya?
Sudah lama tidak melihatnya.


Malam biasanya dihiasi sinar lampu berujung gambar kelelewar lambangnya si Batman.
Biasanya terlihat sekelebat bayangan melompati atap gedung.
Bukan hal yang baru jika tiba-tiba terdengar suara perkelahian di atap gedung.

Tapi sudah lama aku tidak melihat sinar lampu itu.
Sudah tidak pernah aku melihat sekelebat bayangan itu.
Tidak pernah lagi terdengar suara perkelahian di atap gedung.

Sudah rusak kah lampu sorot itu?
Atau lelahkah dia melompat?
Atau jangan-jangan tidak pandai lagi dia berkelahi?

Apa kabarnya si Batman ya?


Tidak kah dia tahu sinar lampunya tidak lagi menyala?
Tidak tahu banyak gedung yang perlu ia lompati?
Tidak kah tahu ia banyak perkelahian yang musti dilakukan?

Apa kabarnya ya si Batman?

hmm.. tunggu, ini bukan Gotham.
Ini bukan Gotham.
Tidak ada sinar lampu sorot menghiasi malam kota ini.
Tidak ada sekelebat bayangan yang melompati gedung di kota ini.
Tidak ada perkelahian di atap gedung kota ini.

Tapi kota ini perlu lampu sorot itu.
Kota ini perlu sekelebat bayangan itu.
Kota ini perlu ada perkelahian di atap gedung.

Apa jadinya jika Batman di kota ini ya?

hmm.. tidak lah.
Biarlah Batman tetap di Gotham.

Biarlah diriku yang di kota ini.

Biarlah sinar lampu sorot berujung lambangku,
biarlah diriku yang melompati gedung kota ini,
biarlah aku yang berkelahi di atap gedung kota ini.

Biarlah.

Apa kabarmu, Batman?
Kabarku baik-baik saja di kota ini.

No comments:

Post a Comment