Wednesday, October 15, 2008

mo punya kepercayaan aja kok sulit ya?

Sabtu malam lalu, 11 Oktober, tempat ibadah aliran kepercayaan Sapta Dharma yang ada di Sleman diserang. Oleh siapa? Can you read my mind? Yap! FPI. Tempat ibadah tersebut dirusak dan simbol-simbol ajaran kepercayaan itu diturunkan dari dinding.

Sapta Dharma merupakan salah satu aliran kepercayaan yang diakui di Indonesia. Aliran yang berasal dari tanah Jawa ini berkembang tahun 1952 setelah Hardjosaputro [yang kemudian bergelar Sri Gutomo] menerima wahyu di daerah Kediri. Hingga saat ini, ajaran Sapta Dharma sudah tersebar luas hingga ke 23 propinsi.
Inti dari aliran Sapta Dharma adalah penggalian budi pekerti luhur, dalam artian menumbuhkan pikiran, sikap, dan perilaku yang berbudi luhur. Di dalam ajarannya--sesuai dengan arti namanya--terangkum tujuh hal yang berkaitan dengan kewajiban suci: sifat manusia, pembagian alam, penyembahan, bersekutu dengan Tuhan, hening, racut, dan ulah rasa. Kalau mau dirangkum lagi, hakekat ajaran Sapta Dharma sebenarnya adalah menyelaraskan kehidupan manusia dengan sesama, alam sekitar, dan Yang Maha Kuasa.
Penganut kepercayaan Sapta Dharma mendasarkan semua tindakannya sebagai sebuah ibadah. Walaupun demikian, mereka tetap mengenal adanya ibadah utama, yaitu ibadah yang wajib dilakukan, antara lain:
1. Sujud: ibadah menyembah Tuhan, setidaknya sekali sehari;
2. Racut: ibadah menyembah menghadapnya Roh Suci nanusia kepada Sang Pencipta;
3. Ening: semadi, mengikhlaskan diri pada Sang Pencipta;
4. Ulah rasa: proses relaksasi setelah beraktivitas.
Dalam melakukan ibadah penyembahan Tuhan, seseorang bisa melakukan Sujud hingga berjam-jam. Tidak ada patokan tertentu, semua berdasarkan 'getaran' yang dirasakan tiap-tiap individu.

Sujud itulah yang kemudian dijadikan alasan penyerangan FPI Sabtu malam lalu. Bentuk Sujud yang dilakukan oleh penganut Sapta Dharma dikatakan telah menodai ajaran Islam--terutama karena arahnya ke timur, bukan ke kiblat.

Menurut gue, tindakan FPI itu lagi-lagi menunjukkan ketidakmampuan mereka untuk terbuka dan tidak melihat segala sesuatunya dengan kacamata kuda. Alasan yang mereka miliki sehingga berani-beraninya menuntut Sapta Dharma dibubarkan sangat konyol dan tidak logis [baca: tidak masuk akal]. Kenapa? Ya jelaslah... Sapta Dharma itu bukan agama [by its definition yah], dan dia bukan Islam. Karena dia bukan Islam,kenapa kemudian bisa dibilang menodai agama Islam? Wajarlah jika bentuk Sujud mereka berbeda dengan sujud shalat di agama Islam, kan dia bukan Islam.

Gue makin merasa aneh terhadap FPI, dengan segala tindak-tanduknya. Awalnya, gue menyangka kelompok tersebut diisi oleh orang-orang yang emang ga bisa berpikir [baca: bodoh-bodoh] tapi ternyata enggak juga. Banyak di antara mereka yang mengenyam pendidikan tinggi. Terus kemana aja ilmu yang uda dipelajari?
Kalo soal yang terakhir itu, jadi teringat diskusi di kelas CML FK yang gue pegang. Salah satu kelompok [6 orang] mempertanyakan soal 'sudah cukupkah pendidikan nilai keagamaan yang ada di Indonesia?' Semua berpendapat sama, yaitu TIDAK. Kenapa? Karena yang diberikan cuma teori doang. Soal 'apa'nya doang. Sedangkan 'kenapa', 'dan bagaimana'nya enggak [mau] disentuh. Wajarlah jika kemudian ada kelompok-kelompok kekanak-kanakan kayak FPI.

Kejadian ini membuat gue makin ragu akan pendidikan agama, juga dengan kebebasan berkepercayaan di Indonesia.

No comments:

Post a Comment